PDB per Kapita Negara Berkonflik Jeblok hingga 20%

Ilustrasi, konflik di Timur Tengah. Foto: Anadolu Agency.

PDB per Kapita Negara Berkonflik Jeblok hingga 20%

Husen Miftahudin • 28 June 2025 11:18

Washington: Bank Dunia menyampaikan, konflik dan ketidakstabilan berdampak buruk pada 39 negara yang dilanda konflik, meningkatkan kemiskinan ekstrem lebih cepat daripada di tempat lain, memperparah kelaparan akut, dan mendorong beberapa tujuan pembangunan utama semakin jauh dari jangkauan.

Karena konflik menjadi lebih sering terjadi dan mematikan pada tahun 2020-an, ekonomi di negara-negara ini tertinggal dari semua ekonomi pada negara lain dalam indikator-indikator utama pembangunan, menurut analisis Bank Dunia tersebut.

"Setelah konflik dimulai, konflik cenderung terus berlanjut dan dampak ekonominya serius dan berlangsung lama," demikian hasil penelitian Bank Dunia, dikutip Sabtu, 28 Juni 2025.

Setengah dari negara yang menghadapi konflik atau ketidakstabilan saat ini telah menghadapi kondisi tersebut selama 15 tahun atau lebih. Konflik berintensitas tinggi, yang menewaskan lebih dari 150 dari setiap satu juta orang, biasanya diikuti oleh penurunan kumulatif sekitar 20 persen dalam PDB per kapita setelah lima tahun.

Sejak 2020, PDB per kapita mereka telah menyusut rata-rata 1,8 persen per tahun. Sementara PDB di negara-negara berkembang lainnya telah meningkat sebesar 2,9 persen. 

Tahun ini, 421 juta orang berjuang dengan pendapatan kurang dari USD3 per hari di negara-negara yang dilanda konflik dan penuh ketidakstabilan, lebih banyak daripada di seluruh dunia jika digabungkan. Jumlah itu diproyeksikan akan meningkat menjadi 435 juta, atau hampir 60 persen dari orang-orang miskin ekstrem di dunia, pada 2030.

Dalam situasi seperti ini, upaya untuk mencegah konflik dapat menghasilkan keuntungan besar. Laporan tersebut mencatat sistem peringatan dini konflik, terutama yang mendeteksi pergeseran risiko secara langsung, dapat memungkinkan intervensi tepat waktu, yang jauh lebih hemat biaya daripada menanggapi setelah kekerasan meletus.

"Mencegah konflik juga berarti mengurangi kerapuhan, kelemahan dalam lembaga pemerintah yang membatasi kemampuan mereka untuk mendorong kemajuan ekonomi yang berkelanjutan, menjaga perdamaian, dan menegakkan keadilan," tutur penelitian Bank Dunia.
 

Baca juga: Kemiskinan Ekstrem Melonjak Drastis di Negara-negara Berkonflik


(Ilustrasi, serangan drone di Sudan. Foto: Anadolu)
 

Cegah konflik dan angkat potensi SDA


Meskipun menghadapi tantangan, negara-negara berkonflik ini memiliki beberapa potensi keuntungan yang dengan kebijakan yang tepat, dapat membantu menghidupkan kembali pertumbuhan, menurut analisis tersebut.

Keuntungan dari sumber daya alam seperti mineral, hutan, minyak, gas, dan batu bara, mencapai lebih dari 13 persen PDB mereka secara rata-rata. Itu tiga kali lipat dari pangsa negara-negara berkembang lainnya.

Beberapa negara, terutama Republik Demokratik Kongo, Mozambik, dan Zimbabwe, kaya akan mineral yang dibutuhkan untuk teknologi energi terbarukan seperti kendaraan listrik, turbin angin, dan panel surya.

Populasi muda yang terus bertambah merupakan keuntungan jangka panjang. Di sebagian besar negara maju dan berkembang, populasi usia kerja sudah mulai stabil atau menyusut.

Tidak demikian halnya di negara-negara yang dilanda konflik atau ketidakstabilan, di mana populasi usia kerja diperkirakan akan terus bertambah selama sebagian besar periode ini dimana pada 2055, hampir dua dari setiap tiga orang akan berada dalam usia kerja, porsi yang lebih besar daripada di tempat lain di dunia.

"Namun, untuk memperoleh 'dividen demografi', akan tergantung pada peningkatan investasi dalam pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pembangunan sektor swasta yang dinamis yang dapat menghasilkan lebih banyak dan lebih baik lapangan pekerjaan," papar laporan Bank Dunia tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)