Gagal panen itu terjadi di puluhan bidang sawah di Kecamatan Tarik, Sidoarjo. (MGN/Heri Susetyo)
Kebumen: Sekitar 126.199 jiwa yang tersebar di 51 desa di Kebumen, Jawa Tengah, rawan terdampak krisis air bersih. Desa-desa tersebut berada di 13 kecamatan baik di wilayah pegunungan maupun di kawasan perkotaan.
"Wilayah rawan krisis air bersih tidak hanya berada di daerah atas atau pegunungan, namun juga di wilayah kota seperti Kecamatan Kebumen," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kebumen, Udy Cahyono, Rabu, 23 Juli 2025.
Dari data tahun 2024, tercatat sebanyak 32.199 kepala keluarga (KK) terdampak kekeringan. Mereka tersebar di berbagai kecamatan yang memiliki keterbatasan akses air bersih saat musim kemarau panjang datang.
Meski hingga akhir Juli 2025 belum ada laporan resmi terkait kebutuhan bantuan air bersih, BPBD Kabupaten Kebumen telah mengambil langkah antisipatif. Salah satunya dengan menyiapkan sebanyak 500 tangki air untuk disalurkan jika sewaktu-waktu diperlukan.
"Kalau sampai saat ini belum ada laporan permintaan bantuan air bersih. Namun demikian, kami telah menyiapkan 500 tangki air untuk jaga-jaga," jelasnya.
Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi darurat kekeringan yang bisa muncul sewaktu-waktu di musim kemarau.
Walaupun belum merinci besaran anggaran yang disiapkan untuk penanganan krisis air bersih tahun ini, BPBD menyadari bahwa kebutuhan dana kerap melebihi alokasi yang tersedia. Terlebih lagi, wilayah Kabupaten Kebumen yang luas membuat pendistribusian bantuan menjadi tantangan tersendiri.
“Berdasarkan pengalaman tahun lalu, dana pemerintah tidak selalu mencukupi. Maka dari itu, kami bekerja sama dengan pihak ketiga agar layanan bantuan air tetap berjalan,” ungkapnya.
Streaming