Putri Purnama Sari • 29 April 2025 11:56
Jakarta: Kota Bandung tidak hanya dikenal dengan kreativitas warganya, tetapi juga dengan pesona wisatanya yang terus menarik jutaan pengunjung setiap tahun.
Namun di balik geliat ekonomi dan sektor pariwisata yang berkembang, masalah klasik seperti kemacetan dan ketidakterpaduan transportasi publik terus menjadi tantangan.
Melihat hal tersebut, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menggagas sistem Bus Rapid Transit (BRT) sebagai solusi transportasi publik yang modern, inklusif, dan terintegrasi.
Proyek ini menjadi salah satu langkah awal Farhan dalam mewujudkan visinya untuk Bandung yang lebih unggul, terbuka, dan ramah bagi semua.
BRT sebagai Urat Nadi Baru Kota
BRT Bandung dirancang dengan jalur khusus dan halte terintegrasi untuk menjamin kecepatan, ketepatan waktu, serta kenyamanan bagi pengguna, baik warga lokal maupun wisatawan. Sistem ini merupakan bagian dari misi transformasi mobilitas kota Bandung yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Nantinya, rute-rute BRT ini akan melewati kawasan strategis seperti Jalan Asia Afrika, Braga, Alun-alun, hingga Dago dan Lembang, wilayah yang kerap menjadi tujuan wisatawan. Dengan demikian, BRT bukan hanya transportasi publik, tapi juga jembatan antara sektor ekonomi dan pariwisata kota.
Dampak BRT terhadap Ekonomi Bandung
Peningkatan akses melalui BRT berpotensi menghidupkan kembali sentra-sentra ekonomi lokal, termasuk UMKM dan pusat kuliner. Kemudahan mobilitas berarti lebih banyak pengunjung, lebih banyak transaksi, dan lebih besar peluang ekonomi bagi warga Bandung.
Selain itu, proyek ini juga menciptakan lapangan kerja baru, baik di sektor
transportasi, teknologi, hingga pelayanan publik, mulai dari pengemudi, petugas halte, operator sistem digital, hingga manajemen operasional.
Mendorong Pariwisata Berkelanjutan
Dalam konteks pariwisata, BRT menjadi bagian dari strategi membangun wisata berkelanjutan. Wisatawan kini tak perlu mengandalkan kendaraan pribadi, cukup naik BRT untuk mencapai destinasi favorit dengan nyaman dan tepat waktu.
Tak hanya itu, Farhan juga menggagas digitalisasi angkot sebagai pelengkap sistem BRT. Ini akan memperluas jangkauan transportasi hingga ke area permukiman dan lokasi wisata yang belum terlayani optimal, serta menghapus transaksi tunai untuk meningkatkan efisiensi.
Pembangunan sistem BRT ini tidak dilakukan sendiri. Wali Kota Farhan menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Barat, World Bank, dan mitra swasta dalam mewujudkan sistem transportasi publik yang berkelanjutan. Bandung pun menjadi kota pertama di luar Jakarta yang mengadopsi sistem BRT skala besar.