Asap dari serangan udara Israel terhadap gedung Komite Qatar untuk Rekonstruksi Gaza. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 10 September 2025 09:31
Doha: Pemerintah Qatar membantah pernyataan Gedung Putih yang menyebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberi peringatan sebelum Israel melancarkan serangan ke ibu kota Doha yang menargetkan negosiator Hamas.
Keterangan resmi itu disampaikan Gedung Putih pada Selasa, 9 September 2025, hanya beberapa jam setelah serangan menghantam kawasan permukiman di Doha. Qatar selama ini menjadi mediator utama dalam perundingan gencatan senjata yang didukung AS guna mengakhiri perang di Gaza.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan militer AS telah memberi tahu Trump mengenai serangan Israel yang ditujukan ke Hamas di Doha.
“Menyerang secara sepihak di Qatar, negara berdaulat sekaligus sekutu dekat Amerika Serikat, tidak mendukung tujuan Israel maupun Amerika,” ujar Leavitt, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu, 10 September 2025. Namun ia menambahkan bahwa pemberantasan Hamas “tetap menjadi tujuan yang layak.”
Leavitt menyebut Trump telah menugaskan utusannya, Steve Witkoff, untuk memberi tahu otoritas Qatar tentang serangan itu.
Namun pernyataan tersebut segera dibantah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menegaskan klaim bahwa Doha sudah diinformasikan lebih awal “sama sekali tidak benar.” Menurutnya, panggilan dari pejabat AS baru diterima “saat ledakan akibat serangan Israel sudah terdengar di Doha.”
Hamas menyatakan lima anggotanya tewas akibat serangan, meski tim negosiasi utama berhasil selamat. Kementerian Dalam Negeri Qatar melaporkan seorang petugas keamanan Qatar termasuk di antara korban.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam aksi tersebut sebagai “pengecut” dan menilai serangan itu “menargetkan keamanan serta kedaulatan negara.”
Trump sendiri kemudian mengaku “sangat menyesal” dengan lokasi serangan dan menegaskan keputusan itu sepenuhnya diambil oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Saya telah memberi peringatan terakhir kepada Hamas, tapi sayangnya terlambat untuk menghentikan serangan,” tulisnya di platform Truth Social.
Amiri Diwan menyebut Trump telah berbicara langsung dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani usai serangan. Sheikh Tamim mengutuk serangan sebagai “tindakan sembrono dan kriminal” serta “pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.” Ia menegaskan Qatar akan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanannya.
Sementara itu, analis kawasan menilai peristiwa ini merusak kredibilitas AS di Timur Tengah. Direktur Arab Center Washington DC, Khalil Jahshan, mengatakan status Qatar sebagai sekutu utama non-NATO “hancur tidak berarti apa-apa” jika serangan dari sekutu AS bisa terjadi dengan restu Washington.
Nabeel Khoury, mantan diplomat AS di Yaman, menyebut serangan di jantung Doha, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari pangkalan udara Al Udeid, “sangat mengejutkan” dan menunjukkan Israel telah menjadi “negara yang bertindak di luar kendali.”
Qatar, yang menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, selama bertahun-tahun memainkan peran penting sebagai mediator diplomatik, termasuk menjadi lokasi kantor politik Hamas dan Taliban atas permintaan Washington.
Para pengamat memperingatkan bahwa serangan Israel ini bukan hanya mengancam stabilitas regional, tetapi juga menekan sekutu Arab lain seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk mengambil sikap lebih tegas.
Baca juga: Kritik Serangan Israel di Qatar, Trump: Keputusan Netanyahu, Bukan Saya