PM Israel Benjamin Netanyahu. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 8 December 2025 15:14
Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu, 7 Desember 2025, menyatakan bahwa Israel dan Hamas “dalam waktu dekat diharapkan memasuki tahap kedua gencatan senjata." Pernyataan ini disampaikan setelah Hamas menyerahkan jenazah sandera terakhir yang masih berada di Gaza.
Netanyahu menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan menekankan bahwa tahap lanjutan yang mencakup pelucutan senjata Hamas serta penarikan pasukan Israel dari Gaza dapat dimulai secepatnya pada akhir bulan.
Hamas hingga kini belum menyerahkan jenazah Ran Gvili, seorang petugas kepolisian berusia 24 tahun yang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan kemudian dibawa ke Gaza.
Tahap kedua gencatan senjata juga mencakup penempatan pasukan internasional untuk mengamankan Gaza serta pembentukan pemerintahan Palestina sementara yang menjalankan pemerintahan sehari-hari di bawah pengawasan dewan internasional yang dipimpin Presiden AS Donald Trump.
Tantangan Negosiasi Gencatan Senjata
Dalam pernyataan kepada Associated Press, seorang pejabat senior Hamas pada Minggu mengatakan bahwa kelompok tersebut siap membahas opsi untuk “membekukan atau menyimpan atau meletakkan” senjata sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, yang menjadi salah satu isu paling sulit dalam perundingan yang sedang berlangsung.
Netanyahu menegaskan bahwa tahap kedua akan menjadi proses yang menantang, sebagaimana tahap pertama.
“Seperti yang saya sampaikan kepada kanselir, ada tahap ketiga, yaitu deradikalisasi Gaza, sesuatu yang dulu dianggap mustahil. Tetapi itu pernah dilakukan di Jerman, Jepang, dan negara-negara Teluk. Itu bisa dilakukan di Gaza, tetapi tentu Hamas harus dibongkar,” ujarnya.
Pengembalian jenazah Gvili yang akan ditukar dengan 15 jenazah warga Palestina menjadi syarat penyelesaian tahap pertama dari rencana gencatan senjata 20 poin yang diusulkan Trump.
Hamas mengatakan belum dapat menemukan seluruh jenazah karena banyak lokasi masih terkubur puing akibat serangan Israel selama dua tahun terakhir, sementara Israel menuduh Hamas sengaja menunda dan mengancam untuk melanjutkan operasi militer atau menahan bantuan kemanusiaan jika seluruh jenazah tidak dikembalikan.
Dalam pernyataan terpisah, keluarga para sandera mengatakan bahwa “kita tidak dapat melanjutkan ke tahap berikutnya sebelum Ran Gvili kembali ke rumah.”
Diplomasi dan Pertahanan Baru
Dikutip dari PBS News, Senin, 8 Desember 2025, Kepala Staf Militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir menyebut garis kuning pemisah yang membagi wilayah mayoritas Gaza yang dikendalikan Israel sebagai “perbatasan baru.”
Ia mengatakan, “Kami memiliki kendali operasional atas sebagian besar Jalur Gaza dan kami akan tetap berada pada garis pertahanan tersebut. Garis Kuning adalah garis perbatasan baru, menjadi garis pertahanan maju bagi komunitas kami dan garis aktivitas operasional.”
Kanselir Merz menegaskan bahwa dukungan Jerman bagi Israel tidak berubah. Ia mengatakan bahwa Jerman membantu pelaksanaan tahap kedua dengan mengirimkan perwira dan diplomat ke pusat koordinasi sipil dan militer yang dipimpin AS di Israel selatan, serta mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Merz juga menegaskan kembali komitmen Jerman terhadap solusi dua negara, namun menilai bahwa “pemerintah federal Jerman tetap berpendapat bahwa pengakuan negara Palestina hanya dapat dilakukan pada akhir proses, bukan pada awalnya.”
Netanyahu menambahkan bahwa ia menahan rencana perjalanan politik ke Jerman karena khawatir akan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional tahun lalu terkait perang di Gaza.
Merz mengatakan belum ada rencana kunjungan tersebut, dan ia tidak mengetahui adanya rencana sanksi Uni Eropa terhadap Israel atau rencana untuk memulihkan larangan ekspor militer yang pernah diberlakukan Jerman sebelum dicabut setelah gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober.
Dampak Serangan Berkepanjangan
Pasukan Israel mengatakan telah menewaskan seorang militan yang mendekati pasukan di sepanjang Garis Kuning. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan lebih dari 370 warga Palestina tewas sejak awal gencatan senjata, termasuk enam korban yang jenazahnya dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir.
Dalam serangan 7 Oktober 2023, militan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 lainnya. Hampir seluruh sandera atau jenazah mereka telah dipulangkan melalui kesepakatan gencatan senjata atau perjanjian lain.
Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 70.360 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang berada di bawah pemerintahan Hamas. Lembaga tersebut tidak memisahkan antara korban sipil dan kombatan, namun menyatakan hampir setengah korban adalah perempuan dan anak-anak. Data tersebut diakui sebagai valid oleh PBB dan organisasi internasional lainnya.
Baca juga:
Utusan AS Bahas Implementasi Fase Kedua Gencatan Senjata Gaza di Israel