Ketua Banggar Said Abdullah. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 23 September 2025 13:40
Jakarta: DPR mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN 2026. Badan Anggaran DPR bersama pemerintah menyepakati berbagai asumsi ekonomi makro, di antaranya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen.
Banggar DPR dan pemerintah juga menargetkan inflasi pada 2026 sebesar 2,5 persen, nilai tukar rupiah atau USD sebesar Rp16.500, dan Suku Bunga SBN 10 Y (%) 6,9 persen. Kemudian, Harga Minyak Mentah Indonesia 70 USD/barel, Lifting Minyak Bumi sebesar 610 ribu barel/hari, dan Lifting Gas Bumi 984 ribu barel/hari.
"Keseluruhan kesepakatan angka angka diatas kita asumsikan sebagai fondasi penting bagi pemerintah. Badan Anggaran DPR mendukung keinginan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7-8 persen dalam jangka menengah. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di atas sebagai fondasi penting bagi pemerintah," ujar Ketua Banggar Said Abdullah, dalam keterangannya, Selasa, 23 September 2025.
Said menjelaskan supaya kue pertumbuhan ekonomi dirasakan seluruh rakyat, Badan Anggaran DPR bersama pemerintah sepakat, inflasi dan kurs rupiah harus dijaga agar stabil. Sebab, keduanya bisa menjadi pemicu gejolak harga pada sektor riil, menimbulkan guncangan pada sisi moneter, serta memicu letupan krisis lainnya.
"Untuk mencapai target inflasi dan nilai tukar di atas, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Bank Indonesia harus seirama, mampu merealisasikan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang gesit, kreatif, dan konsolidatif," ujar dia.
Badan Anggaran DPR bersama pemerintah menyadari, tidak mudah mencari kebutuhan pendanaan di pasar keuangan melalui SBN. Sebab pada saat yang sama Indonesia perlu menjaga likuiditas perbankan tersalurkan ke sektor riil.
"Suku Bunga SBN tahun 2026 kita sepakati pada posisi moderat di level 6,9 persen. Prosentase ini kita maknai secara psikologis sebagai batas atas. Namun kita yakin gaya koboi Menteri Keuangan bisa melonggarkan kebijakan uang ketat, dan terbukti dalam sebulan ini," beber dia.
Kondisi ini diharapkan terus berlanjut, sehingga suku bunga SBN tahun depan bisa lebih rendah. Dengan begitu, biaya dana yang ditanggung oleh APBN semakin rendah.