Putin Tegaskan Barat Gunakan Ukraina untuk Perluas Pengaruh

Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: EFE-EPA

Putin Tegaskan Barat Gunakan Ukraina untuk Perluas Pengaruh

Muhammad Reyhansyah • 15 October 2025 19:10

Moskow: Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dunia kini memasuki “era polisentris” di mana tidak ada satu kekuatan pun yang mampu menentukan aturan global secara sepihak. Dia juga mengecam Barat terkait situasi dengan Ukraina.

Dalam pidatonya di Forum Valdai pada Kamis, 2 Oktober 2025, ia juga memperingatkan Eropa terkait risiko militerisasi, menyalahkan negara-negara Barat atas berlanjutnya perang Ukraina, serta menyampaikan pandangan terkait inisiatif perdamaian di Gaza.

“Diskusi di Forum Valdai memberi kesempatan untuk menilai situasi global secara objektif dan menyeluruh,” ujar Putin, seperti dikutip Anadolu, Jumat, 3 Oktober 2025. 

Ia menegaskan bahwa multipolaritas merupakan fenomena baru yang menghadirkan peluang sekaligus risiko. “Tidak ada seorang pun yang siap bermain dengan aturan yang ditentukan sepihak oleh seseorang jauh di sana,” tambah Putin.

Putin berpendapat dunia multipolar lebih demokratis karena memberi ruang bagi banyak aktor politik dan ekonomi memengaruhi keputusan. “Mungkin belum pernah sebelumnya ada begitu banyak negara yang berperan atau berupaya memengaruhi proses regional dan global terpenting,” katanya.

Menurutnya, solusi di era ini hanya mungkin dicapai melalui kesepakatan luas yang dapat diterima mayoritas pihak. Ia menilai lembaga internasional yang dipimpin Barat telah “kehilangan makna” dan berubah menjadi “ajang ceramah politik”. Sebaliknya, ia memuji BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) sebagai forum yang mencerminkan konsensus nyata.

“Mereka tidak menentang siapa pun, mereka untuk kepentingan diri sendiri,” ucapnya.

Putin menuding elite Eropa sengaja menciptakan ancaman dari Rusia untuk menutupi krisis internal, seperti utang, migrasi, dan masalah jaminan sosial. “Kebanyakan orang di Eropa tidak mengerti mengapa mereka harus begitu takut pada Rusia hingga harus terus mengencangkan ikat pinggang dan melupakan kepentingan mereka sendiri,” katanya.

Ia menyebut klaim bahwa Rusia berencana menyerang NATO sebagai “omong kosong” yang sulit dipercaya. Namun, ia mengingatkan bahwa Moskow akan merespons jika militerisasi Eropa semakin meningkat. “Respons terhadap ancaman ini, untuk menyebutnya dengan hati-hati, akan sangat meyakinkan,” tegasnya.

Putin menambahkan, Rusia tidak pernah memulai konfrontasi militer, tetapi sejarah menunjukkan kelemahan dapat memicu ilusi bahwa persoalan dengan Moskow bisa diselesaikan dengan kekuatan.

Konflik Ukraina

Menyinggung perang Ukraina, Putin menyebutnya sebagai “tragedi bagi Ukraina dan Rusia, bagi kita semua.” Ia menegaskan bahwa Barat telah lama menggunakan Ukraina sebagai alat perluasan pengaruh, sementara Kyiv dijadikan “bahan sekali pakai.”

Menurutnya, konflik dapat dihindari jika pemerintahan AS sebelumnya bersikap berbeda dan NATO tidak mendekati perbatasan Rusia. 

“Jika Ukraina benar-benar mempertahankan kedaulatan sejatinya, hal ini bisa dihindari,” katanya.

Putin mengklaim pasukan Rusia memegang inisiatif strategis di medan tempur, seraya menuding mobilisasi Ukraina melemah. Meski klaim tersebut sulit diverifikasi secara independen, ia mendesak Kyiv untuk bernegosiasi. 

“Lebih baik bagi pimpinan Kyiv memikirkan cara mencapai kesepakatan. Kami telah membicarakan hal ini berkali-kali,” ucapnya.

Ia menekankan Rusia memiliki sumber daya manusia yang cukup dan bahwa kerugian militernya “jauh lebih sedikit” dibanding Ukraina. Putin juga menyambut upaya mediasi Tiongkok, India, Arab Saudi, dan Türkiye, tetapi menuding Eropa justru memperburuk eskalasi.

Hubungan dengan Amerika Serikat

Mengenai hubungan dengan Washington, Putin bersikap pragmatis. Ia mengatakan pemerintahan AS saat ini melakukan komunikasi langsung. “Selalu lebih baik memahami dengan jelas apa yang diinginkan pihak lain daripada menebak melalui isyarat samar,” katanya.

Putin menambahkan Rusia tetap berhak mengejar kepentingan nasional, termasuk memulihkan “hubungan penuh” dengan AS. “Apa pun perbedaannya, jika saling menghormati, maka perundingan, meskipun keras dan gigih pada akhirnya akan menghasilkan konsensus,” ujarnya.

Gaza dan Timur Tengah

Putin juga menyinggung konflik di Gaza yang disebutnya sebagai “peristiwa mengerikan dalam sejarah modern.” Ia mengutip Sekjen PBB Antonio Guterres yang menyebut Gaza sebagai “kuburan anak-anak terbesar di dunia,” seraya menilai dampak kemanusiaannya sangat tragis.

Terkait gagasan mantan Presiden AS Donald Trump, Putin menyebut inisiatif tersebut “dapat membawa secercah harapan.” Ia menilai opsi menyerahkan kendali Gaza kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas lebih disukai, sementara usulan pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina sebagai langkah “layak didukung.”

Namun, ia menekankan pentingnya persetujuan dari rakyat Palestina, termasuk Hamas, serta dunia Islam yang lebih luas. Ia juga menyinggung skeptisisme soal peran mantan PM Inggris Tony Blair, tetapi menyatakan Blair “bisa berperan positif” jika diarahkan untuk perdamaian.

“Jika semua hal positif itu terwujud, maka hal itu tentu akan menjadi terobosan yang cukup baik,” ujarnya.

Putin menutup dengan menegaskan bahwa pembentukan negara Palestina adalah kunci bagi penyelesaian jangka panjang. “Pendirian negara Palestina merupakan elemen utama dari solusi menyeluruh,” pungkas Putin.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)