Mendag Didorong Bantu Menkeu Basmi Impor Baju Bekas

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi NasDem, Rachmat Gobel. Foto: Dok. NasDem.

Mendag Didorong Bantu Menkeu Basmi Impor Baju Bekas

Fachri Audhia Hafiez • 28 October 2025 06:42

Jakarta: Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi NasDem, Rachmat Gobel, mendorong Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso bantu Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membasmi impor baju bekas. Pasalnya, serbuan impor pakaian bekas merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Mendag harus bantu Menkeu. Ini untuk melindungi UMKM di bawah, di desa, dan untuk membuka lapangan kerja di tingkat bawah,” kata Gobel dikutip dari laman Fraksi NasDem, Selasa, 28 Oktober 2025.
 


Impor pakaian bekas marak dalam 10 tahun terakhir ini. Hal ini, kata dia, telah membuat kolaps industri konveksi rumahan di tingkat bawah dan di desa-desa. 

Hal itu juga membuat hilangnya lapangan kerja di tingkat bawah. Oleh karena itu, Gobel mendukung langkah Menkeu yang sedang memerangi impor pakaian bekas. 

“Namun kewenangan dan regulasi impor pakaian bekas bukan hanya ada di Kemenkeu yang membawahi Ditjen Bea Cukai, tapi juga ada di bawah Kemendag yang mengatur tentang perdagangan,” ujar Gobel.

Gobel mengingatkan tentang keberadaan Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Dari delapan, ada tiga cita yang terkait dengan impor pakaian bekas ini. Pertama, pada cita kedua tertulis, 'Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru'. 

“Impor pakaian bekas itu sistemnya bal-balan. Hanya ditimbang saja. Jadi tak semuanya layak pakai. Jadi sebagian akan menjadi sampah. Hal ini jelas tak sesuai konsep ekonomi hijau. Indonesia menjadi negara buangan sampah. Selain itu juga ada aspek ekonomi kreatif, impor pakaian bekas membunuh kreativitas masyarakat dalam industri pakaian jadi untuk masyarakat bawah,” kata Gobel.

Kedua, dalam cita ketiga, tertulis, 'Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur'. “Impor pakaian bekas jelas-jelas membunuh semua tujuan cita ketiga ini,” tegas Gobel.


Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Metrotvnews.com/Duta Erlangga.

Ketiga, pada cita keenam, tertulis, 'Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan'. Gobel menilai impor pakaian membuat mati industri konveksi di desa-desa dan di bawah karena segmen pasarnya sama.

"Dengan demikian impor pakaian bekas telah menciptakan kemiskinan di tingkat bawah,” kata Gobel. 

Biasanya, kata Gobel, pelaku impor pakaian bekas selalu berdalih bahwa impor pakaian bekas telah menciptakan lapangan kerja.  Jika diperhatikan secara cermat, kata Gobel, impor pakaian bekas juga bertentangan dengan asta keempat, yang berbunyi, 'Meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas'. 

Pada cita ini ada banyak aspek yang terkait dengan impor pakaian bekas, yaitu, sumber daya manusia, peran perempuan, dan kesehatan. Industri konveksi, katanya, membutuhkan manusia-manusia berkualitas seperti kemandirian, kreativitas, dan jiwa juang. Sedangkan, bisnis impor sampah pakaian hanya memerlukan power and money untuk memengaruhi kebijakan tapi hasilnya merusak bangsa. 

"Industri konveksi rumahan juga biasanya dikelola dan melibatkan kaum Perempuan. Dengan demikian, impor pakaian bekas telah mereduksi peran kaum perempuan dalam kegiatan ekonomi rakyat," kata Gobel.
 
Sedangkan aspek kesehatan, tambah Gobel, karena ini barang bekas maka patut diduga mengandung kutu, bakteri, virus, dan jamur yang berasal dari negara asalnya. Padahal tiap kutu, bakteri, virus, dan jamur tersebut, sesuai dengan kondisi dan iklim setempat. 

“Intinya adalah dengan impor pakaian bekas besar-besaran kita akan menjadi bangsa sampah dan dengan mentalitas sampah. Dan dalam pergaulan internasional ini sangat buruk karena pakaian yang dikenakan rakyat kita adalah sampah dari negara-negara tersebut," tandas Gobel. 

Impor pakaian bekas, ujar dia, tak sesuai dengan jargon kebesaran bangsa ini dan kedaulatan bangsa. "Bisnis pakaian bekas adalah bisnis racun mental yang merusak jiwa bangsa. Padahal jiwa bangsa adalah fokus perhatian dari pemimpin kita Bung Karno,” kata Gobel.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fachri Audhia Hafiez)