Trump Tingkatkan Tekanan Diplomatik untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)

Trump Tingkatkan Tekanan Diplomatik untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Willy Haryono • 22 July 2025 09:56

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus menunjukkan upaya intensif untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada Senin, 21 Juli 2025 menyatakan bahwa presiden tengah “bekerja secara agresif” guna menghentikan perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

“Presiden Trump terus bekerja secara agresif untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina,” ujar Leavitt kepada wartawan di luar Gedung Putih, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Dikutip dari laporan Kyiv Post, Selasa, 22 Juli 2025, pernyataan ini muncul setelah sejumlah langkah diplomatik dan tekanan ekonomi dilancarkan oleh pemerintahan Trump dalam beberapa pekan terakhir.

Salah satu yang paling mencolok adalah ultimatum kepada Moskow terkait tenggat waktu 50 hari untuk mencapai kesepakatan damai. Jika tidak tercapai, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100 persen terhadap negara-negara yang membeli produk ekspor dari Rusia.

Dalam upaya memperkuat Ukraina, Trump juga mengumumkan rencana agar sekutu Eropa membeli peralatan militer buatan AS, termasuk sistem pertahanan udara Patriot, yang nantinya akan dikirimkan ke Ukraina. Langkah ini diyakini sebagai bentuk tekanan langsung terhadap Rusia serta dukungan terhadap pertahanan Ukraina.

Trump juga dilaporkan kecewa terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin atas stagnasi negosiasi perdamaian. Sejauh ini, diplomasi antar kedua pihak lebih banyak berfokus pada pertukaran tahanan, sementara pembicaraan langsung belum menunjukkan hasil signifikan.

Moskow tetap membuka peluang dialog, namun bersikeras mempertahankan tujuan-tujuannya di wilayah Ukraina. Sebaliknya, pihak Kyiv menyatakan bahwa negosiasi langsung dengan delegasi Rusia saat ini dianggap "tidak ada gunanya".

Pemerintah AS juga mempertimbangkan penerapan “sanksi sekunder” berupa tarif terhadap negara-negara yang tetap menjalin hubungan dagang dengan Rusia. Jika diberlakukan, kebijakan ini akan menandai perubahan besar dalam strategi sanksi Barat, yang selama ini cenderung menghindari langkah-langkah yang dapat mengguncang pasar energi global.

Para analis terbagi pendapat. Sebagian menilai tarif ini mungkin kurang efektif, namun lainnya meyakini bahwa tekanan ekonomi semacam ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap Moskow.

Doug Klain, analis kebijakan dari organisasi AS Razom for Ukraine, menyebut dukungan Trump sebagai kunci di balik keputusan Jerman untuk mengirim hingga lima unit sistem pertahanan udara Patriot ke Ukraina, jauh lebih banyak dari perkiraan sebelumnya yang hanya dua unit.

“Ini sudah menjadi langkah besar, dan jika rencana Presiden Trump serta Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte benar-benar dilaksanakan, akan ada lebih banyak bantuan yang menyusul,” ujar Klain.

“Ini adalah pekan yang buruk bagi Vladimir Putin,” tambah dia. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Putin Siap Bahas Perdamaian Ukraina Jika Tujuan Rusia Sudah Tercapai

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)