Perdagangan Indonesia-AS Optimistis Bisa Tembus USD120 Miliar

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Perdagangan Indonesia-AS Optimistis Bisa Tembus USD120 Miliar

M Ilham Ramadhan Avisena • 12 May 2025 11:46

Jakarta: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memandang nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berpotensi menembus USD120 miliar. Itu berdasarkan rangkaian kunjungan yang dilakukan Kadin Indonesia ke Negeri Paman Sam beberapa hari lalu.

"Prediksi kami di Kadin, kalau antara ekspor dan impor (Indonesia-AS) itu USD39 miliar sampai USD40 miliar kurang lebih. Dalam waktu 2-3 tahun, kalau kita pandai, itu bisa menjadi dari USD40 miliar sampai USD80 miliar. Dalam empat tahun, bisa jadi USD120 miliar. Kalau misalnya kita menyiasatinya benar," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie dikutip dari siaran pers, Senin, 12 Mei 2025.

Proyeksi optimistis itu muncul di tengah rencana negosiasi tarif resiprokal yang tengah dijajaki oleh kedua negara. Pemerintah AS disebut meminta neraca perdagangan menjadi lebih seimbang, yang membuka peluang lonjakan impor produk AS ke Indonesia, khususnya komoditas pangan seperti gandum, kedelai, susu, dan daging. Di sisi lain, ekspor Indonesia berpotensi tumbuh lewat sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), termasuk alas kaki.

Kadin juga menangkap peluang strategis di sektor energi dan lingkungan hidup. Dalam kunjungan ke AS, Anindya menghadiri Bloomberg New Energy Forum (NEF) Summit 2025, dan melihat komitmen kuat dari berbagai negara bagian AS terhadap isu transisi energi, meskipun kebijakan pusat sempat keluar dari Perjanjian Paris.

"Forum ini fokus membahas transisi energi, iklim, lingkungan hidup. Di sana bertemu dengan berbagai macam pemangku kepentingan di bidang energi. Walau Presiden Trump memutuskan keluar dari Paris Agreement namun dua per tiga dari 50 negara bagian menyatakan ingin lanjut," terangnya.


Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. Foto: dok MI.
 

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 4,87%, Kadin Ajak Tingkatkan Daya Saing Industri
 

Peluang sektor kredit karbon dan energi terbarukan


Dalam konteks tersebut, Indonesia menawarkan potensi besar di sektor kredit karbon dan energi terbarukan. Indonesia disebut berpeluang menjual kredit karbon ke AS melalui platform seperti IDX Carbon, memanfaatkan luasnya kawasan hutan dan program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).

"Indonesia juga melakukan preservasi di biodiversitas sekitar kita yang suatu saat bisa menjadi carbon capture yang bagus dan juga carbon market. Jadi itulah kita mencari mitra-mitra dan banyak sekali yang justru sangat meminati," tutur Anindya.

Tak hanya itu, mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan bauksit disebut menjadi komoditas yang sangat diminati AS, terutama dalam mendukung transisi energi dan pengembangan kendaraan listrik (EV). "Mineral kritis adalah mineral yang sangat penting bagi ekonomi dan sangat penting pula dalam transisi energi. Tetapi, mineral kritis ini sangat langka," tambah dia.

Kadin menyatakan kerja sama dengan AS harus tetap mengedepankan nilai tambah dalam negeri, salah satunya dengan membangun industri pengolahan mineral di Indonesia sebelum diekspor. Dengan kombinasi potensi perdagangan, karbon, dan mineral kritis, Kadin menilai relasi ekonomi Indonesia-AS ke depan bisa menyamai nilai perdagangan Indonesia dengan Tiongkok yang kini mencapai USD130 miliar.

Oleh karena itu, melalui pendekatan strategis dan pemanfaatan peluang pasca-negosiasi tarif, Kadin berharap Indonesia dapat memaksimalkan relasi ekonomi dengan AS secara berkelanjutan dan inklusif.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)