Sebanyak 60 Jenazah Dikeluarkan dari Tambang Ilegal di Afrika Selatan

Pekerja tambang di Afrika Selatan. Foto: Anadolu

Sebanyak 60 Jenazah Dikeluarkan dari Tambang Ilegal di Afrika Selatan

Fajar Nugraha • 15 January 2025 19:03

Johannesburg: Pihak berwenang mulai mencoba mengeluarkan jenazah dan membawa korban selamat pada Senin, setelah penduduk menyuarakan kekhawatiran bahwa lebih dari 100 orang mungkin telah meninggal di tambang di Stilfontein, sekitar 140 kilometer barat daya Johannesburg, Afrika Selatan.

"Pada hari kedua operasi, total 106 penambang ilegal yang masih hidup telah diambil dan ditangkap karena penambangan ilegal. 61 dinyatakan meninggal," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Sementara sembilan jenazah telah dikeluarkan pada hari sebelumnya. Tambang itu berada 2,6 kilometer di bawah tanah, dan sebuah mesin khusus dibawa pada Senin untuk mengangkat para penambang dan jenazah, beberapa orang sekaligus.
 

Baca: Sekitar 100 Penambang Ilegal Tewas Terjebak di Tambang Afrika Selatan.


Orang Afrika Selatan menyebut para penambang ini "zama zamas" -- "mereka yang mencoba" dalam bahasa Zulu. Mereka sering kali adalah pendatang dari negara tetangga, yang dituduh oleh penduduk setempat sebagai pelaku kriminal.

Polisi telah menyuarakan kekhawatiran bahwa ratusan orang lagi mungkin masih berada di bawah tanah, tetapi saat mengunjungi lokasi tersebut pada Selasa, Menteri Kepolisian Senzo Mchunu menolak untuk memperkirakan berapa banyak yang mungkin ada di sana.

"Tidak mungkin ada orang yang datang dan berkata: 'Saya tahu pasti ada begitu banyak'," kata Mchunu, seperti dikutip TRT World, Rabu 15 Januari 2025.

"Setiap angka yang kami miliki di sini adalah perkiraan, tebakan,” imbuh Mchunu.

Ribuan penambang ilegal ditangkap

Sebuah video yang dikirim ke AFP pada Senin oleh Macua, sebuah kelompok yang mengadvokasi para penambang, tampak memperlihatkan puluhan mayat yang dibungkus kain di ruang tambang.

Lebih dari 1.500 penambang ilegal telah ditangkap di Stilfontein sejak bulan Agustus ketika pihak berwenang pertama kali mulai memindahkan mereka.

Afrika Selatan telah mendeportasi 121 dari mereka, kata polisi.

Para penyintas tampak kurus kering, kaki mereka hanya tinggal kulit dan tulang. Pihak berwenang pada suatu waktu mencoba menghentikan pasokan makanan dan air ke tambang, untuk memaksa para penambang keluar.

Namun, pengadilan memerintahkan pada bulan November bahwa polisi harus mengakhiri semua pembatasan di terowongan, yang memungkinkan orang-orang di atas tanah untuk kembali menurunkan makanan dan air ke mereka yang berada di bawah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)