Amerika Serikat. Foto: Unsplash.
New York: Pusat data dan kendaraan listrik diperkirakan akan meningkatkan permintaan listrik di Amerika Serikat (AS) sekitar 300 terawatt-jam (TWh), setara dengan listrik yang dikonsumsi setiap tahun oleh Turki, pada akhir dekade ini.
Konsultan Rystad Energy menuturkan meningkatnya beban listrik di AS dapat memberikan tekanan pada jaringan listrik AS, yang semakin rentan terhadap kekurangan pasokan listrik.
Rystad memperkirakan kapasitas tenaga surya akan meningkat sebesar 237 gigawatt (GW) antara 2023 dan 2030 dan kapasitas tenaga angin akan meningkat sebesar 78 GW, yang menurut perusahaan tersebut akan cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik di AS dari pusat data dan kendaraan listrik.
"Permintaan listrik di AS tidak berubah, yaitu sekitar 4.000 terawatt-jam sejak sekitar 2010," kata Rystad, dilansir Channel News Asia, Rabu, 26 Juni 2024.
Pembangunan pusat data pesat
Saat ini permintaan listrik meningkat karena pesatnya pembangunan pusat data yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan buatan generatif dan karena janji pemerintah dan perusahaan mengenai iklim yang bergantung pada industri elektrifikasi seperti transportasi.
"Pertumbuhan ini berpacu dengan waktu untuk memperluas pembangkit listrik tanpa membebani sistem ketenagalistrikan hingga mencapai titik stres,” kata Analis Rystad, Surya Hendry.
Surya menuturkan energi terbarukan adalah kunci untuk memenuhi permintaan ini dan menyediakan skalabilitas yang diperlukan agar sistem tenaga listrik AS dapat bertahan.
Selain konsumsi daya oleh pusat data dan kendaraan listrik, Rystad memproyeksikan penambahan 175 TWh permintaan listrik di AS pada 2030 dari sektor perumahan, komersial, dan industri, sehingga meningkatkan kebutuhan negara tersebut hingga hampir 4.500 TWh.