Pakar hukum kepemiluan dari Universitas Indonesia Titi Anggraini. MI
Media Indonesia • 5 February 2024 18:27
Jakarta: Pakar hukum kepemiluan dari Universitas Indonesia Titi Anggraini menyebut banyak calon anggota legislatif (caleg) perempuan yang mengedepankan narasi sexism dalam kampanye. Bukan membeberkan visi misinya, para caleg justru mempromosikan menggunakan kata kurang pantas, seperti maju bersama mamah semok atau pilih mamah muda.
“Hal yang tak edukatif justru melanggengkan pemilu kita. Ini jadi tantangan, apalagi hanya kampanye 75 hari, membuat hal-hal itu jadi tidak ideal,” kata Titi dalam diskusi ‘Mewaspadai Potensi Kekerasan terhadap Perempuan dalam Pemilu 2024’,” Senin, 5 Februari 2024.
Titi menuturkan para pemilih seakan tidak pernah dibawa para calegnya agar fokus ke substansi yang akan dilakukan jika nanti lolos ke parlemen.
Sementara itu, wakil Ketua Komnas Perempuan, Olivia Salampessy, menuturkan keterwakilan perempuan Indonesia di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif belum menunjukkan peningkatan berarti atau belum memenuhi ketentuan afirmasi 30 persen.
Padahal, kata Olivia, dari pemilu ke pemilu, imbauan memilih caleg perempuan terus digaungkan. Apalagi, adanya gerakan perempuan ayo pilih perempuan.
Tetapi, hasilnya masih tidak maksimal. Menurut dia, banyak perempuan tidak terpilih karena ada dugaan suara dukungan tidak terakomodasi dengan baik.
“Di wilayah 3T misalkan perempuan rentan kehilangan suaranya. Suara perempuan banyak di situ sudah melaut istilahnya, ada juga istilahnya peristiwa kalau TPS melaut,” ujar Olivia.
Baca Juga: PPATK Kantongi Data Transaksi Caleg yang Terkait Tindak Pidana |