Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
Husen Miftahudin • 14 June 2023 09:37
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan pagi ini mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 14 Juni 2023, rupiah dibuka di level Rp14.878 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 15,5 poin atau setara 0,09 persen dari Rp14.863 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp14.869 per USD, turun 15 poin atau setara 0,10 persen dari Rp14.854 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pergerakan rupiah pada perdagangan hari kemungkinan besar akan berada di zona hijau.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.830 per USD hingga Rp14.920 per USD," jelas Ibrahim dalam analisis hariannya.
Keyakinan konsumen naik
Di sisi lain, Ibrahim juga menyoroti data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) dalam Survei Konsumen Mei 2023. Dalam laporannya, bank sentral menilai optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat, karena IKK Mei 2023 sebesar 128,3, lebih tinggi dibandingkan 126,1 pada bulan sebelumnya.
Pada Mei 2023, keyakinan konsumen terpantau tetap kuat pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme terutama tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp4,1 juta sampai Rp5 juta. Berdasarkan usia, keyakinan konsumen juga terpantau optimis pada seluruh kategori usia responden, meskipun penurunan terjadi pada kelompok usia 20-30 tahun.
Lebih lanjut, konsumen memprakirakan ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang akan sedikit meningkat. Berdasarkan tingkat pendidikan, peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan akademi.
Dolar AS stabil
Sementara itu, dolar AS mengalami kestabilan meski tetap mendekati posisi terendah multi-minggu terhadap beberapa mata uang utama. Ini karena para pedagang tetap waspada menjelang keputusan kebijakan moneter yang akan dirilis minggu ini dari beberapa bank sentral, termasuk Federal Reserve.
Pertemuan kebijakan The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) akan mengatur nada untuk minggu ini, karena pasar mencari petunjuk dari pembuat kebijakan tentang jalur suku bunga di masa depan.
Data inflasi, yang akan dirilis pada Selasa, juga diharapkan menjadi faktor dalam keputusan Fed, mengingat tujuan utama bank sentral dalam siklus kenaikan suku bunga ini adalah untuk menurunkan inflasi, itu masih di atas target tahunan Fed 2,0 persen.
Pasar uang condong ke arah jeda dari Fed ketika mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu, menurut alat CME FedWatch, ekspektasi yang mengirim Wall Street melonjak ke level tertinggi 13 bulan pada Jumat karena sentimen risiko membaik.
Sebaliknya, mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin minggu ini dan sekali lagi pada Juli, sebelum berhenti untuk sisa tahun ini karena inflasi tetap kaku.
"BOJ diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar minggu ini dan perkiraan untuk pemulihan ekonomi yang moderat, karena belanja perusahaan dan rumah tangga yang kuat meredam pukulan dari permintaan luar negeri yang melambat," pungkas Ibrahim.