Meski Berdamai, Tarif Impor Bakal Tetap Bebani Ekonomi AS

Ilustrasi ekonomi AS turun. Foto: Shutterstock.

Meski Berdamai, Tarif Impor Bakal Tetap Bebani Ekonomi AS

Husen Miftahudin • 14 May 2025 12:16

New York: Meskipun Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sudah menyepakati untuk memangkas tarif impor masing-masing menjadi 30 persen dan 10 persen selama 90 hari ke depan, para pengamat ekonomi AS dan pelaku Wall Street mengimbau publik untuk tetap waspada terhadap dampak terhadap tarif impor AS.

Menurut Founder Evercore Roger Altman, terlepas dari penundaan kebijakan tarif resiprokal ini, tarif impor AS terhadap Tiongkok pada masa kepresidenan Trump tetap lebih tinggi, mencapai sekitar 14 persen, jika dibandingkan dengan tiga persen sampai empat persen yang berlaku pada masa kepemimpinan Joe Biden.

"(Penundaan tarif) ini situasi yang mendukung, sangat mendukung. Namun, ini masih keputusan dini," ujar Altman, seperti dikutip dari Investing.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Altman menekankan, AS dan Tiongkok masih harus berunding mengenai kebijakan ekonomi dan tarif yang lebih permanen dalam 90 hari ke depan, sehingga masih menyebabkan ketidakpastian di pasar.

"(Tarif) ini masih akan menghambat, seperti yang kita semua pahami. Seperti pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, tarif akan menaikkan harga, mengurangi konsumsi, dan meningkatkan inflasi," sebut Altman.
 

Baca juga: AS-Tiongkok Sepakat Tunda Perang Tarif Selama 90 Hari


(Ilustrasi, bendera AS dan Tiongkok. Foto: Freepik)
 

Ekonomi AS bakal tumbuh melambat


Senada dengan Altman, salah satu Dewan Gubernur Federal Reserves Adriana Kugler memproyeksikan tarif impor AS, yang secara umum lebih tinggi ini, akan membuat inflasi sulit turun, namun produktivitas ekonomi menurun.

Menurut proyeksi Kugler, situasi ini dapat membuat pertumbuhan ekonomi AS lebih lambat dari 2,5 persen yang tercatat tahun lalu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)