BMKG Butuh Lebih Banyak Talenta dari Daerah 3T

Ilustrasi. Metrotvnews.com.

BMKG Butuh Lebih Banyak Talenta dari Daerah 3T

Ihfa Firdausya • 12 May 2025 14:17

Jakarta: Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut pentingnya afirmasi bagi anak dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG). Saat ini, hanya 5 persen mahasiswa STMKG berasal dari daerah 3T.

"Padahal kami sangat membutuhkan putra daerah untuk mengisi stasiun-stasiun BMKG, terutama di daerah 3T tersebut. Mereka lebih mampu beradaptasi dengan kondisi sosial dan geografis setempat," kata Dwikorita dalam keterangannya, Senin, 12 Mei 2025.

Menurutnya, STMKG memiliki peran strategis dalam mencetak tenaga ahli meteorologi, klimatologi, dan geofisika (MKG) yang kompeten dan berwawasan global. STMKG bukan hanya mendidik taruna untuk menjadi operator, tetapi juga menjadi peneliti dan analis di bidang MKG yang siap menghadapi tantangan kebencanaan di Indonesia.

"STMKG bukan hanya mencetak lulusan yang paham teori, tetapi juga siap langsung bekerja di lapangan. Kami mendorong mereka untuk mencapai gelar doktor sebelum usia 35 tahun. Saat ini 25 persen dosen sudah bergelar doktor, dan 16 kandidat lainnya akan menyusul sebelum 2030," jelas Dwikorita.
 

Baca juga: Podium: Gen Z Menggugat Lembaga Recall

Adapun kiprah lulusan STMKG di panggung internasional antara lain terdapat alumni yang berkiprah di lembaga-lembaga global. Sebut saja World Meteorological Organization (WMO), Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (Organisasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif). Ada juga yang melanjutkan studi di universitas bergengsi dunia seperti Cambridge dan Oxford.

"Saat ini sekitar 85 persen penerima beasiswa LPDP dari BMKG merupakan lulusan STMKG yang dikenal unggul dalam kompetensi matematika, kedisiplinan, dan etika kerja," ujarnya.

Ketua STMKG Deni Septiadi menambahkan bahwa posisi STMKG berada di antara pendidikan akademik dan vokasi. Menurutnya, para lulusan bukan hanya operator alat, tetapi juga analis atmosfer.

"Mereka dibekali ilmu sains mendalam dan keterampilan teknis yang kuat, sehingga sangat relevan dengan tantangan untuk ketahanan iklim dan bencana ke depan," kata Deni.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)