PBB: Gencatan Senjata Harus Bertahan atau Gaza Akan Kelaparan Kembali

Truk bantuan kemanusiaan bertolak menuju Jalur Gaza. (Anadolu Agency)

PBB: Gencatan Senjata Harus Bertahan atau Gaza Akan Kelaparan Kembali

Willy Haryono • 10 February 2025 10:21

New York: Ancaman kelaparan di Jalur Gaza sebagian besar telah berhasil dihindari berkat masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar selama gencatan senjata, menurut Kepala Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Tom Fletcher, pada Minggu 9 Februari 2025.

Namun, ia memperingatkan bahwa kondisi tersebut dapat dengan cepat memburuk jika kesepakatan gencatan senjata gagal dipertahankan.

Dalam wawancara dengan Associated Press setelah kunjungannya selama dua hari ke Gaza, Fletcher menekankan bahwa lonjakan bantuan telah berdampak signifikan terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut. 

"Ancaman kelaparan, menurut saya, sebagian besar berhasil dicegah," ujarnya di Kairo. "Tingkat kelaparan ekstrem telah menurun dibandingkan sebelum gencatan senjata."

Gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari ini merupakan fase pertama dari kesepakatan enam minggu yang kini telah memasuki pertengahan periode. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai keberlanjutan gencatan senjata, negosiasi fase kedua yang lebih kompleks tengah dipersiapkan.

Melansir dari CBS News, Senin, 10 Februari 2025, sebagai bagian dari perjanjian, Israel menyetujui masuknya 600 truk bantuan kemanusiaan ke Gaza setiap hari, suatu peningkatan signifikan setelah sebelumnya terjadi berbagai kendala dalam distribusi makanan, obat-obatan, dan barang-barang penting lainnya akibat faktor keamanan dan hambatan administratif.

Kondisi Kemanusiaan di Gaza

Kantor kemanusiaan PBB mencatat bahwa lebih dari 12.600 truk bantuan telah memasuki Gaza sejak gencatan senjata dimulai.

Fletcher mendesak baik Hamas maupun Israel untuk tetap berkomitmen pada kesepakatan yang telah menyelamatkan banyak nyawa. 

"Kondisi di Gaza masih sangat buruk, dan banyak orang masih mengalami kelaparan," katanya. "Jika gencatan senjata runtuh, maka dengan cepat kondisi kelaparan yang mengancam jiwa ini akan kembali."

Ambang batas kelaparan yang diakui secara internasional adalah dua kematian atau lebih per 10.000 orang per hari. Sebelum gencatan senjata ini, para pemantau keamanan pangan serta pejabat PBB telah memperingatkan potensi bencana kelaparan, terutama di wilayah utara Gaza yang hampir terisolasi sejak awal konflik 16 bulan lalu. Gencatan senjata memungkinkan ratusan ribu warga Palestina kembali ke wilayah tersebut.

"Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan membiarkan orang-orang ini mati kelaparan," kata Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP). 

Pemerintah Amerika Serikat, termasuk pemerintahan Presiden Joe Biden, berulang kali mendesak Israel untuk mempercepat pengiriman bantuan guna menghindari pembatasan militer dari Washington.

Fletcher menegaskan bahwa Gaza masih sangat membutuhkan lebih banyak pasokan makanan dan obat-obatan bagi lebih dari dua juta penduduknya, sebagian besar diantaranya telah mengungsi. Ia juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai potensi wabah penyakit akibat minimnya persediaan kesehatan dasar.

Selain itu, ia menyoroti pentingnya distribusi tenda dan tempat perlindungan bagi mereka yang kembali ke rumahnya di tengah musim dingin.

"Kita harus segera memasukkan puluhan ribu tenda agar mereka yang kembali, terutama ke wilayah utara, memiliki tempat berteduh dari kondisi cuaca ekstrem," jelasnya.

Rasa Frustrasi Warga

Fletcher memasuki Gaza melalui perbatasan Erez di utara wilayah tersebut. Ia menggambarkan pemandangan yang ia saksikan sebagai wilayah yang "hancur, rata dengan tanah, dan luluh lantak."

"Sulit membedakan mana yang dulunya sekolah, rumah sakit, atau rumah penduduk," katanya, merujuk pada kehancuran yang meluas di wilayah utara Gaza.

Ia juga menyaksikan penduduk yang berusaha menemukan sisa-sisa rumah mereka dan mengumpulkan jenazah anggota keluarga dari puing-puing reruntuhan. Anjing-anjing liar terlihat berkeliaran di antara reruntuhan, mencari jasad yang masih tertimbun.

"Pemandangan ini bagaikan film horor. Ini benar-benar mengerikan," ungkap Fletcher. "Hati saya terus hancur setiap kali melihatnya. Sepanjang perjalanan bermil-mil, yang terlihat hanyalah kehancuran."

Ia mengakui bahwa banyak warga Palestina merasa kecewa dan marah terhadap komunitas internasional atas respons terhadap konflik ini.

"Ada keputusasaan dan kemarahan yang sangat nyata, dan saya bisa memahami rasa frustrasi mereka terhadap dunia yang membiarkan hal ini terjadi kepada mereka," ujar Fletcher.

"Namun, ada juga semangat perlawanan. Banyak yang berkata, 'Kami akan kembali ke rumah kami. Kami akan kembali ke tempat yang telah kami tinggali selama beberapa generasi, dan kami akan membangunnya kembali,’” pungkasnya. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Utusan PBB Tegaskan Gaza Bagian Palestina, Tolak Usulan Absurd Trump

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)