Masih Kuat, Dolar AS Gak Ada Lawan

Ilustrasi dolar AS. Foto: MI

Masih Kuat, Dolar AS Gak Ada Lawan

Husen Miftahudin • 9 January 2025 09:17

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB) karena para pelaku pasar tengah mempertimbangkan notulen rapat FOMC, kebijakan yang mungkin diterapkan oleh pemerintahan Trump yang akan datang, serta data ekonomi terbaru.

Dilansir dari Investing.com, Kamis, 9 Januari 2025, indeks dolar Amerika Serikat (US Dollar Index) tetap kokoh di level 109, setelah sempat mencapai puncak harian di 109,3.

Notulen rapat FOMC mengungkapkan kekhawatiran para pejabat Federal Reserve (Fed) tentang meningkatnya risiko inflasi dan mengindikasikan kemungkinan perlambatan laju pelonggaran kebijakan.

Pada saat yang sama, laporan CNN menyebutkan Donald Trump mempertimbangkan untuk mendeklarasikan keadaan darurat ekonomi nasional untuk membenarkan tarif luas pada sekutu maupun lawan.

Komentar dari Gubernur Fed Waller memberikan sedikit keringanan dengan mengekspresikan keyakinannya inflasi akan mendingin menuju target dua persen, sehingga mendukung ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut.

Sementara itu, laporan ADP menunjukkan pekerjaan sektor swasta pada Desember turun ke level terendah empat bulan, meskipun angka ketenagakerjaan dan penurunan klaim pengangguran mingguan tetap menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat.
 

Baca juga: Rupiah Ambruk 0,29% di Rabu Pagi
 

Dampak pada pasar valuta asing


FOMC minutes mengungkapkan sebagian besar anggota mendukung pemotongan suku bunga Desember, namun tetap bernada hawkish. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai USD terhadap sekeranjang mata uang, bergerak menuju 109,00 sebagian besar didorong oleh data pasar tenaga kerja yang kuat.

Sikap hawkish Fed terus mendukung kenaikan imbal hasil obligasi AS, menguntungkan para pendukung USD.

Rumor tentang potensi deklarasi darurat ekonomi nasional oleh Trump untuk memberlakukan tarif besar-besaran memicu permintaan safe haven untuk dolar AS. Risiko geopolitik dan kekhawatiran perang dagang juga membantu menjaga aliran ke dolar, mencegah penurunan signifikan.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS jangka panjang terus meningkat seiring dengan pasokan yang berat; yield 10 tahun melayang di dekat 4,70 persen, sedangkan 30 tahun mendekati 4,93 persen.


(Ilustrasi dolar AS. Foto: Unsplash)
 

Situasi ekonomi dan proyeksi pemangkasan suku bunga


Data ketenagakerjaan yang menguat, dengan klaim pengangguran mingguan turun menjadi 201 ribu, melebihi konsensus 218 ribu, dan kenaikan pekerjaan sektor swasta sebanyak 122 ribu pada Desember meskipun di bawah ekspektasi pasar, menguatkan sentimen bullish bagi dolar.

Meski demikian, dengan data ekonomi AS yang terus menunjukkan kinerja unggul, ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga Fed tertunda.

Laporan dari Automatic Data Processing (ADP) menunjukkan melambatnya perekrutan dan kenaikan upah, tetapi sektor kesehatan memimpin penciptaan lapangan kerja pada paruh kedua 2024. Hal ini menyoroti kekuatan ekonomi AS yang terus berlanjut, meskipun tantangan di pasar tenaga kerja.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)