Data Menufaktur AS Melemah, Wall Street Ditutup Bervariasi

Ilustrasi Wall Street. Foto: iStock

Data Menufaktur AS Melemah, Wall Street Ditutup Bervariasi

Annisa ayu artanti • 4 June 2024 08:01

New York: Saham-saham AS berakhir bervariasi pada Senin (Selasa pagi WIB) setelah data manufaktur AS yang lemah menimbulkan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi.
 
Melansir Xinhua, Selasa, 4 Juni 2024, indeks Dow Jones Industrial Average turun 115,29 poin atau 0,30 persen menjadi 38.571,03. Indeks S&P 500 bertambah 5,89 poin, atau 0,11 persen, menjadi 5.283,4. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 93,65 poin, atau 0,56 persen, menjadi 16.828,67.
 
Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir merah, dengan sektor energi dan utilitas memimpin pelemahan dengan kehilangan 2,60 persen dan 1,26 persen. Sementara itu, sektor teknologi dan kesehatan memimpin para peraih keuntungan dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,98 persen dan 0,74 persen.
 

Baca juga: 

Wall Street Respon Data Terbaru AS, DJIA Melonjak 1,51%

Indeks manufaktur AS

Indeks manufaktur ISM turun menjadi 48,7 persen di Mei dari 49,2 persen di bulan sebelumnya.
 
“Sisi manufaktur dari ekonomi tampaknya telah terhenti. Perusahaan-perusahaan sangat berhati-hati dengan segala bentuk investasi,” kata Timothy Fiore, ketua indeks manufaktur Institute for Supply Management.
 
Laporan ISM sering dilihat sebagai indikator kesehatan ekonomi, karena angka di bawah 50 persen mengindikasikan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
 
Saham-saham AS berkinerja baik pada tahun pemilihan presiden ini, dengan S&P 500 naik lebih dari 10 persen mendekati pertengahan tahun. Meskipun rekor tertinggi sebelum pemilu November mungkin tidak mungkin terjadi, Wells Fargo Investment Institute memprediksi kenaikan lebih lanjut terkait pemilu pada tahun 2025.
 
“Kinerja tahun ini jauh di atas rata-rata untuk siklus ini dan saat ini merupakan salah satu yang terbaik,” Jeremy Folsom, analis strategi investasi Wells Fargo, menulis dalam sebuah catatan klien pada hari Senin.
 
Ia juga memperkirakan S&P 500 akan mencapai rekor tertinggi baru di 5.700 poin pada akhir tahun depan, sebagian karena kenaikan besar yang terlihat di sekitar tiga pemilihan presiden AS terakhir pada 2012, 2016, dan 2020.
 
Minggu pertama Juni dipenuhi dengan berita-berita ekonomi. Para investor sangat menantikan data penggajian swasta dari ADP pada hari Rabu, diikuti oleh laporan pekerjaan bulan Mei pada Jumat.
 
Para investor tampaknya mencari sedikit perlambatan ekonomi yang akan mendorong Federal Reserve untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, tetapi bukan perlambatan yang cukup parah untuk memicu kekhawatiran resesi.
 
Selain itu, sebuah masalah teknis di New York Stock Exchange mempengaruhi harga beberapa saham pada hari Senin, tetapi perdagangan kembali normal sekitar tengah hari. 
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)