Ilustrasi. Foto: dok MI.
Fetry Wuryasti • 28 December 2023 15:58
Jakarta: Indonesia masih bisa menahan tingkat suku bunga acuan bank sentralnya, sehingga tidak setinggi negara-negara lain. Penyebabnya, seperti negara Amerika Serikat (AS), yang memiliki kebijakan moneter yang menjadi panglima.
AS dari sisi sektor riilnya juga memang tidak bisa tumbuh tinggi. Kalaupun nanti ekonomi AS sudah membaik, mereka hanya bisa tumbuh dua sampai tiga persen.
Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan, faktor demografi menjadi kunci penting di dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Indonesia beruntung sebagai negara berkembang, demografinya masih sangat bagus, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya bisa mencapai enam sampai tujuh persen.
"Untuk mencapai Indonesia jadi negara maju, harus tubuh minimal enam sampai tujuh persen. Kalau Indonesia hanya tumbuh lima persen, maka tidak akan bisa naik kelas," kata Aviliani, dalam diskusi publik Indef membahas Evaluasi Ekonomi Nasional dari Perspektif Ekonom Perempuan, Kamis, 28 Desember 2023.
Di sisi global, tingkat inflasi masih cukup tinggi walaupun di Amerika sudah mulai sedikit menurun. Tetapi diperkirakan baru semester II-2024, inflasi relatif baru menurun secara bertahap.
"Artinya pada 2024 tidak lebih baik dari pada 2023, masih akan mirip kondisi ekonominya. Kemungkinan pada 2025 seharusnya sudah jauh lebih baik," kata Aviliani.
Inflasi berbagai negara juga masih sangat tinggi. Beruntung Indonesia bisa menjaga inflasi, karena pada saat itu ada subsidi BBM. Sekarang menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk tetap bisa menjaga inflasi di 2024.
Sebab, dari sisi pangan, beberapa negara sudah melarang ekspor. Sedangkan Indonesia juga belum siap dengan kemandirian pangan.
"Kalau 2024, Indonesia tidak bisa menjaga inflasi, maka akan susah pertumbuhan ekonominya tinggi. Tapi kalau kita mampu menjaga inflasi, ini bisa menggerakkan lagi pertumbuhan ekonomi dari sisi pertumbuhan kredit," kata Aviliani.
Baca juga: Biar Capai Target, Ekonomi RI di Kuartal IV Harus Tumbuh 0,25%