‘Lulus’ Program Deradikalisasi, Eks Napiter Jadi Juragan Ikan di Poso

Jumardi, akrab disapa Ardi, merupakan eks narapidana kasus terorisme yang dikenal di kampungnya sebagai juragan ikan. Dok. Istimewa

‘Lulus’ Program Deradikalisasi, Eks Napiter Jadi Juragan Ikan di Poso

Achmad Zulfikar Fazli • 14 November 2024 18:21

Jakarta: Jumardi, akrab disapa Ardi, merupakan eks narapidana kasus terorisme yang dikenal di kampungnya sebagai juragan ikan. Perjalanan hidup Ardi, yang pernah mengarungi masa kelam terorisme, berbalik arah sejak mengikuti program ProPosoku, inisiatif Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) Poso dan The Habibie Center (THC). 

Program ini bertujuan memberdayakan masyarakat serta membantu eks-napiter agar dapat kembali ke masyarakat dengan identitas baru yang lebih positif. Ardi menerima berbagai pelatihan serta dukungan psikososial selama program ini untuk membantunya membangun usaha, hingga mendapat kepercayaan penuh dari warga sekitar.

Program deradikalisasi dan reintegrasi eks-napiter yang diikuti Ardi sejalan dengan misi besar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membangun toleransi dan perdamaian, terutama di wilayah dengan keberagaman agama dan budaya, seperti Desa Taunca di Poso Pesisir Selatan.

BNPT mendukung berbagai pendekatan reintegrasi berbasis komunitas sebagai strategi jangka panjang untuk mengatasi ekstremisme.
Peran serta masyarakat juga menjadi faktor penting dalam penerimaan kembali eks-napiter. 

Ardi menuturkan meskipun awalnya dia sempat menghadapi stigma, perlahan-lahan mulai diterima kembali masyarakat di kampungnya.

"Pada awal-awal bebas berjalan itu memang ada sedikit stigma buat saya, tapi bagi yang mengenal saya dulunya ada juga yang masih menyenangi saya. Jadi liku-liku sebagai eks napiter itu memang ada suka dukanya,” ujar Ardi saat berbicara di Habibie Democracy Forum (HDF) 2024 yang diselenggarakan oleh The Habibie Center, dilansir pada Kamis, 13 November 2024.

Kini, Ardi tidak hanya diterima sebagai bagian dari masyarakat. Dia juga dipercaya sebagai Ketua Karang Taruna di desanya.

"Selama berjalan beberapa tahun kemudain alhamdulillah saya mendapat kepercayaan dari elemen pemerintahan perangkat desa dan di masyarakat. Posisi saya sekarang diangkat sebagai ketua Karang Taruna. Satu kehormatan buat saya sebagai eks napiter,” ujar dia.

Setelah keluar dari lapas pada 2018, Ardi sempat mengikuti program ProPosoku pada 2022-2023. Ardi juga sempat menjadi petani. 

Setelahnya, dia banting stir menjadi pedagang sayur. Setelah dua tahun, terutama lantaran tantangan pasang surut harga, dia memutuskan beralih menjadi penjual ikan. 

"Dampak dari jualan ikan dari jualan sayur itu memang sangat menjanjikan apa yang saya usahakan sekarang," ujar Ardi. 
 

Baca Juga: 

BNPT Prioritaskan Perlindungan Anak dari Terorisme


Berkat usaha tersebut, dia meningkatkan perekonomian keluarga dan mendapat basis konsumen dari berbagai kalangan di kampungnya, yang mayoritas dihuni komunitas Hindu dari Bali.

Ardi yang kini dikenal sukses sebagai juragan ikan, menunjukkan upaya deradikalisasi berbasis pemberdayaan ekonomi mampu membawa perubahan signifikan. 

Berdasarkan survei partisipasi yang dilakukan The Habibie Center, program ini memberikan dampak positif pada kemampuan psikososial eks-napiter. Termasuk ketahanan menghadapi tantangan, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk kembali berinteraksi di tengah masyarakat.

Dengan terus mendukung upaya-upaya semacam ini, BNPT dan para mitranya, seperti LPMS, berharap dapat mendorong eks-napiter lainnya mengubah hidup dan menciptakan kehidupan baru yang produktif di masyarakat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)