Gobel Apresiasi Keberhasilan Keketuaan Indonesia dalam KTT ke-43 ASEAN

Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel. Foto: MI/Panca Syurkani

Gobel Apresiasi Keberhasilan Keketuaan Indonesia dalam KTT ke-43 ASEAN

Anggi Tondi Martaon • 10 September 2023 11:10

Jakarta: Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel mengapresiasi pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Joko Widodo, yang berhasil mengemban amanat keketuaan Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN. Banyak kesepakatan yang bisa dicapai, khususnya di bidang ekonomi. 

"Keketuaan Indonesia pada KTT ke-43 ASEAN membuktikan tentang visi dan kemampuan Indonesia dalam kepemimpinan global dan kawasan,” kata Gobel melalui keterangan tertulis, Minggu, 10 September 2023.

Penyelenggaraan KTT ASEAN tak hanya diikuti negara Asia Tenggara. Kegiatan tersebut juga diikuti negara mitra, yaitu KTT ASEAN-China, KTT ASEAN-Korea Selatan, KTT ASEAN-Jepang, KTT ASEAN-AS, KTT ASEAN-Kanada, KTT ASEAN-India, KTT ASEAN-Australia, KTT ASEAN Plus Three, dan sejumlah KTT dengan mitra lainnya. 

KTT ASEAN menghasilkan 90 dokumen penting. Kesepakatan yang mendapat perhatian khusus dari Gobel, yaitu tentang penguatan ketahanan pangan, energi, kesehatan, dan keuangan. Selanjutnya, kesepakatan ekonomi biru, ekosistem kendaran listrik, dan ekonomi digital.

Gobel mengatakan dunia dihadapkan pada tantangan konkret di bidang kesehatan, energi, dan pangan secara dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi covid-19, perubahan iklim, dan perang Rusia-Ukraina menyadarkan dunia tentang pentingnya kerja sama dunia dalam menghadapi problem kesehatan, pasokan pangan berkelanjutan, dan ketersediaan energi. 

Perubahan iklim berakibat terganggunya pangan akibat pertanian yang gagal. Sedangkan perang Ukraina-Rusia berakibat naiknya harga pupuk, pangan, dan energi. Semua itu terjadi berbarengan. 

“Tanpa perhatian dan kerja sama yang baik semua pihak maka dunia akan dihadapkan kepada kematian, kemiskinan, kelaparan, ketertinggalan. Ini semua membawa dunia pada kemunduran dan konflik. Yang menderita bukan hanya negara-negara berkembang, tapi juga negara-negara maju. Menurunkan ego adalah pilihan terbaik. Sekarang saatnya kerja sama dan keluasan hati,” ungkap dia.

PR Besar Indonesia

Khusus bagi Indonesia, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Pertama, membangun ekosistem pertanian yang sehat, berkelanjutan, dan menguntungkan petani. 

Saat ini, kata Gobel, Indonesia harus bersusah payah mencari pasokan beras karena sejumlah negara yang selama ini memasok beras ke Indonesia tak lagi mengekspornya. Mereka mengutamakan pasokan dalam negerinya karena ancaman kekurangan pangan dunia. 

Selain itu, petani selalu mengeluhkan harga pupuk yang mahal dan ketersediaan pupuk sulit didapatkan. Kondisi itu diperburuk dengan jatuhnya harga produk pertanian saat panen. 

Aspek kedua yang harus diperhatikan pemerintah adalah membangun ekosistem kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan berkelanjutan. Indonesia masih tergantung pada impor obat-obatan dan alat-alat kesehatan. 

Masyarakat juga mengeluhkan kualitas pelayanan dan ketersediaan fasilitas kesehatan. Di sisi lain, tingkat kesehatan masyarakat masih rentan, bahkan angka stunting anak-anak Indonesia yang masih relatif tinggi. 

“Semoga dengan adanya keputusan KTT ASEAN ini Indonesia bisa banyak mengejar ketertinggalan di bidang pertanian, pangan, dan kesehatan,” sebut dia.

Pemanfaatan SDA

Gobel juga menyambut gembira tentang adopsi kerangka kerja ekonomi biru. Indonesia memiliki laut yang sangat luas, memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dan sebagai negara tropis Indonesia juga memiliki potensi air tawar yang besar. 

“Semua potensi itu Indonesia bisa menjadi magnet tersendiri dalam ekonomi biru khususnya di bidang pangan, energi, wisata, dan riset. Tantangannya adalah bagaimana mengoptimalkan semua potensi tersebut menjadi keuntungan nyata bagi Indonesia dan berkontribusi bagi dunia,” katanya. 

Apalagi, sejumlah kota besar, khususnya Jabodetabek, sedang dilanda polusi saat ini. Hal itu tentunya sangat mengkhawatirkan akibat penggunaan energi fosil dan emisi industri. 

“Melalui ekonomi biru, kesehatan lingkungan menjadi bagian integral di dalamnya, dan yang mendesak adalah soal transisi energi,” kata Gobel. 

Selain itu, kekayaan sumberdaya alam, khususnya tambang mineral, dinilai sebagai potensi pasar Indonesia yang besar yang harus dimanfaatkan Indonesia. Terutama dalam menunjang ekosistem kendaraan listrik maupun ekonomi digital. 

Legislator asal Gorontalo itu Presiden Joko Widodo membuat Indonesia mendapat kepercayaan investor global dalam membangun ekosistem kendaraan listrik maupun ekonomi digital. Kuncinya adalah pada kemampuan para menteri dalam menerjemahkan visi Presiden. 

"Jangan ada vested interest pribadi agar investor dunia percaya. Kita memiliki segalanya untuk mewujudkannya,” ungkap dia.

Gobel mengatakan teknologi ramah lingkungan tak hanya fokus pada kendaraan listrik. Tapi juga mencakup beragam produk industri, termasuk di bidang elektronika. 

"Banyak hal yang harus disiapkan dan dikerjakan," sebut dia.

Lebih lanjut Gobel mengingatkan investasi teknologi membutuhkan kepercayaan yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan dana besar dan jangka waktu pengerjaan yang panjang. 

"Karena itu tak boleh ada ruang untuk bermain untung jangka pendek. Nanti dapatnya teknologi sisa,” katanya.

Gobel juga mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah Indonesia untuk bisa mewujudkan semua kesepakatan tersebut. Meski sudah memiliki Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja (Ciptaker), modal tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.

"Masih banyak regulasi turunannya yang belum terwujud serta perilaku yang belum seirama sehingga kemudahan berinvestasi dan kepastian hukum menjadi satu PR besar tersendiri," ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)