Israel dan Hamas telah berperang di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 20 July 2025 16:01
Tel Aviv: Israel dilaporkan untuk pertama kalinya mengadakan pembicaraan langsung dengan kelompok pejuang Palestina Hamas terkait kemungkinan mengakhiri perang di Jalur Gaza. Informasi ini disampaikan seorang sumber politik Israel yang terlibat dalam proses negosiasi gencatan senjata, sebagaimana dikutip oleh media Israel, Haaretz, pada Sabtu kemarin.
“Negosiasi ini berbeda dengan kesepakatan-kesepakatan sebelumnya,” kata sumber tersebut.
“Jika sebelumnya pembahasan hanya berfokus pada pembebasan sandera, kali ini mencakup isu utama yakni penghentian perang. Artinya, semuanya saling terkait. Ini adalah kesepakatan yang sangat kompleks,” sambung dia, dikutip dari Anadolu Agency, Minggu, 20 Juli 2025.
Dalam usulan kesepakatan yang tengah dibahas, terdapat proposal gencatan senjata selama 60 hari, dengan pembebasan 10 sandera Israel yang masih hidup. Selama masa jeda itu, negosiasi intensif terkait akhir perang akan dilakukan.
“Isi pembicaraan mencakup bagaimana perang akan diakhiri atau berlanjut, apa yang akan terjadi di Gaza, serta bagaimana semua sandera bisa dikembalikan. Dalam rancangan kesepakatan ini, ada klausul khusus yang membahas kerangka untuk mengakhiri perang. Kedua pihak juga bisa menambahkan isu-isu lain untuk dibahas dalam masa gencatan senjata 60 hari tersebut,” lanjut sumber tersebut.
Ia juga mengungkap bahwa delegasi Israel telah diberi mandat yang luas dan fleksibilitas cukup untuk bernegosiasi di Doha, tanpa mengabaikan kepentingan keamanan nasional Israel.
Media Israel, termasuk lembaga penyiaran publik KAN, sebelumnya melaporkan bahwa Israel mempertimbangkan mengirim delegasi kedua ke Doha jika pihak Palestina bersedia membahas rincian kesepakatan tersebut. Proses mediasi ini difasilitasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Usulan saat ini disebut-sebut mencakup gencatan senjata 60 hari, pembebasan 10 sandera yang masih hidup dan penyerahan 18 jenazah, dengan negosiasi final terkait akhir perang dilanjutkan selama periode jeda tersebut.
Meski masih terdapat perbedaan pandangan terkait mekanisme distribusi bantuan dan penempatan pasukan Israel, sumber-sumber Israel menyatakan bahwa kesepakatan masih mungkin dicapai.