Putin Sarankan Korut dan BRICS Ikut Negosiasi Gencatan Senjata Ukraina

Menlu Sugiono dan para pemimpin BRICS di KTT Kazan, Oktober 2024. (X/sugiono_56)

Putin Sarankan Korut dan BRICS Ikut Negosiasi Gencatan Senjata Ukraina

Riza Aslam Khaeron • 28 March 2025 16:04

Moskow: Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan agar negara-negara sekutu Moskow, termasuk Korea Utara dan kelompok BRICS, ikut terlibat dalam proses negosiasi gencatan senjata Ukraina. Seruan itu disampaikan Putin dalam pidatonya di hadapan para personel militer di pelabuhan Murmansk, Rusia utara, Kamis, 27 Maret 2025.

Melansir Al-Jazeera pada Jumat, 28 Maret 2025, Putin mengatakan bahwa Ukraina dapat ditempatkan di bawah "administrasi sementara" sebagai bagian dari proses perdamaian.

"Secara prinsip, tentu saja, administrasi sementara bisa diperkenalkan di Ukraina di bawah naungan PBB, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan mitra-mitra kami," ujar Putin, seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS.

Putin mengklaim, dengan adanya administrasi internasional, maka bisa diadakan pemilu yang demokratis untuk membentuk pemerintahan sah yang dipercaya rakyat.

"Lalu dengan pemerintahan itu kita bisa mulai pembicaraan damai," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa solusi damai tetap menjadi opsi utama Rusia, tetapi penyebab awal perang harus disingkirkan terlebih dahulu. "Kami mendukung penyelesaian semua isu ini dengan cara damai," ujarnya, "tapi juga dengan menghapus akar penyebab yang memicu situasi saat ini."

Putin secara eksplisit menyebut bahwa keterlibatan negara-negara lain sangat penting dalam proses perdamaian, tidak hanya AS dan Rusia. Ia menyebut Tiongkok, India, Brasil, Afrika Selatan, dan Korea Utara sebagai pihak-pihak yang perlu diikutsertakan.

"Bukan hanya Amerika Serikat, tetapi juga Republik Rakyat Tiongkok, India, Brasil, Afrika Selatan, semua negara BRICS," katanya. "Dan banyak yang lain, termasuk Republik Demokratik Rakyat Korea," tambahnya, merujuk Korea Utara.

Pernyataan ini menjadi sorotan karena Indonesia baru saja resmi menjadi anggota penuh BRICS pada awal Januari 2025. Melansir The Diplomat, keputusan ini mencerminkan kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih proaktif di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
 

Baca Juga:
Putin Dinilai Diam-diam Mendukung Rencana Trump Menganeksasi Greenland

Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebut keanggotaan BRICS sebagai langkah strategis untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara berkembang, serta memperkuat agenda nasional terkait ketahanan pangan, energi, dan pengembangan sumber daya manusia.

Dengan status tersebut, Indonesia secara otomatis turut termasuk dalam negara-negara yang menurut Putin layak duduk dalam proses negosiasi gencatan senjata Ukraina. Hal ini menandai peran baru Indonesia di forum global dan membuka peluang bagi Jakarta untuk terlibat dalam diplomasi tingkat tinggi terkait konflik Rusia-Ukraina.

Menurut laporan militer Korea Selatan, lebih dari 3.000 pasukan Korea Utara telah dikirim ke Ukraina untuk mendukung Rusia, menambah total 11.000 pasukan tahun lalu. Banyak dari mereka dilaporkan gugur dalam pertempuran.

Putin juga menyampaikan bahwa ia terbuka untuk bekerja sama dengan negara-negara Eropa dalam proses ini, walaupun menyebut mereka "tidak konsisten" dan "terus mencoba memperdaya kami."

"Tapi tak apa, kami sudah terbiasa. Semoga kami tidak lagi melakukan kesalahan karena terlalu percaya kepada mereka," katanya.

Dalam pidato yang sama, Putin juga memuji Donald Trump sebagai sosok yang tulus ingin mengakhiri konflik.

"Trump benar-benar menginginkan akhir dari konflik ini," ujar Putin.

Komentar Putin ini muncul setelah negosiasi terpisah di Riyadh, Arab Saudi, antara perwakilan Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat dalam upaya menghentikan serangan di Laut Hitam. Meskipun telah dicapai kesepakatan awal untuk menghentikan serangan ke kapal di Laut Hitam, kedua pihak saling menuduh melanggar kesepakatan.

Putin menutup pidatonya dengan menyatakan bahwa proses damai harus mencerminkan realitas kekuasaan di Ukraina dan keterlibatan semua pihak, termasuk sekutu-sekutu Rusia, adalah bagian penting dari rencana jangka panjang untuk menciptakan perdamaian yang adil.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)