Hamas Minta Jaminan Konkret Israel, Desak Seluruh Pasukannya Ditarik dari Gaza

Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Jalur Gaza. (Anadolu Agency)

Hamas Minta Jaminan Konkret Israel, Desak Seluruh Pasukannya Ditarik dari Gaza

Willy Haryono • 8 October 2025 13:29

Sharm el-Sheikh: Kelompok pejuang Palestina Hamas menegaskan bahwa pihaknya membutuhkan jaminan konkret dari Israel untuk mengakhiri perang di Gaza dan menarik seluruh pasukannya, sebagai syarat utama dalam pembicaraan tidak langsung yang berlangsung di Mesir.

Negosiasi yang mengacu pada rencana 20 poin Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ini memasuki hari ketiga pada Rabu, 8 Oktober 2025, satu hari usai peringatan dua tahun dimulainya konflik yang diawali serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Dari Gedung Putih, Trump menyatakan optimisme dengan mengatakan ada “kesempatan nyata” untuk mencapai kesepakatan. Sementara itu, pejabat senior dari Qatar, Turki dan Amerika Serikat mulai bergabung dalam putaran pembicaraan hari ini.

Namun, juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, menegaskan kelompoknya hanya akan menyetujui kesepakatan jika ada jaminan penghentian perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dengan mekanisme pertukaran tahanan yang jelas.

Baca juga:  Qatar dan Turki Bergabung dalam Pembicaraan Damai Gaza di Mesir

Poin Krusial Negosiasi

Rencana Trump disebut masih belum menjelaskan jadwal pasti penarikan pasukan Israel, yang menjadi hambatan utama dalam proses ini. Seorang pejabat senior Hamas yang enggan disebut namanya mengungkapkan, pembahasan kini berfokus pada penjadwalan pembebasan sandera dan peta penarikan pasukan, dengan prinsip bahwa “sandera terakhir akan dibebaskan bersamaan dengan penarikan pasukan terakhir.”

Dilansir dari Al Jazeera, Rabu, 8 Oktober 2025, negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya, menyatakan kelompoknya “tidak mempercayai pendudukan” dan membutuhkan jaminan nyata bahwa perang tidak akan terulang.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pidato peringatan dua tahun konflik, menyebut perang di Gaza sebagai “perang untuk kelangsungan hidup.” Ia menegaskan tiga tujuan utama Israel: pemulangan seluruh sandera, penghapusan kekuasaan Hamas, dan jaminan agar Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Sikap ini dinilai berpotensi berbenturan dengan tuntutan Hamas soal penarikan pasukan secara penuh.

Mediasi Internasional dan Realitas di Lapangan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menyatakan bahwa para mediator tetap fleksibel dalam mencari formula terbaik untuk mencapai kesepakatan. Partisipasi Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bersama utusan AS Steve Witkoff dan Jared Kushner pada Rabu menunjukkan keseriusan mediasi internasional.

Namun, serangan Israel terus berlanjut di tengah pembicaraan. Kantor berita Wafa melaporkan sedikitnya 10 warga Palestina tewas pada Selasa, menambah total korban jiwa menjadi lebih dari 66.600 orang.

Lembaga pemantau ACLED mencatat, selama dua tahun terakhir, Gaza mengalami lebih dari 11.000 serangan udara dan 6.200 serangan artileri. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 1.701 tenaga medis turut menjadi korban tewas dalam konflik yang belum juga mereda.

Keberhasilan negosiasi ini tidak hanya bergantung pada kesepakatan gencatan senjata, tetapi juga pada penyelesaian isu pemerintahan pascaperang dan rekonstruksi Gaza. Rencana Trump mengusulkan pembentukan “Dewan Perdamaian” internasional yang diawasi langsung oleh Trump dan Tony Blair.

Namun, Hamas menolak usulan itu dan menginginkan agar Otoritas Palestina menjadi pihak yang mengatur rekonstruksi. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)