Presiden interim Suriah Ahmed al-Sharaa. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 1 July 2025 16:02
Washington: Pemerintah Amerika Serikat telah memulai diskusi awal dengan Israel dan Suriah mengenai kemungkinan perjanjian keamanan antara kedua negara tersebut, demikian diungkapkan sejumlah pejabat AS dan Israel kepada Axios pada Senin, 30 Juni 2025.
Seorang pejabat senior AS menyebut bahwa pembicaraan ini masih dalam tahap sangat awal.
“Kami sedang mengadakan diskusi awal yang sangat lunak,” ujarnya, seperti dikutip Anadolu Agency, Selasa, 1 Juli 2025.
Dua pejabat senior Israel juga membenarkan adanya komunikasi tersebut namun menekankan bahwa kesepakatan belum berada dalam waktu dekat dan akan memerlukan proses panjang. Hingga kini, diskusi hanya melibatkan pejabat tingkat menengah, dan belum ada rencana pertemuan di tingkat kepala negara.
“AS mendukung proses bertahap yang secara perlahan membangun kepercayaan dan meningkatkan hubungan antara Israel dan Suriah,” demikian isi laporan tersebut.
Di sisi lain, Israel menuntut jaminan bahwa dialog ini pada akhirnya akan mengarah pada perjanjian damai penuh dan normalisasi hubungan, ujar salah satu pejabat senior Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut mendorong model kesepakatan bertahap, dimulai dari versi modern dari Perjanjian Pelepasan 1974, yaitu kesepakatan yang menetapkan zona pemisah, pelepasan pasukan, dan pembebasan tawanan perang.
Israel menilai bahwa zona penyangga yang saat ini diduduki di wilayah Suriah menjadi kartu tawar utama. Mereka menyatakan bahwa penarikan pasukan hanya akan terjadi jika dicapai perdamaian penuh.
Saat ini, Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer sedang berada di Washington. Menurut sumber pejabat Israel, isu Suriah kemungkinan akan menjadi bagian dari agenda pembicaraan Dermer dengan pejabat tinggi AS.
Situasi ini berlangsung setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad. Assad, yang memimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, menandai berakhirnya kekuasaan Partai Baath yang telah mendominasi Suriah sejak 1963.
Kepemimpinan sementara kini berada di tangan Ahmed al-Sharaa, tokoh oposisi yang memimpin pasukan pemberontak dan secara resmi ditetapkan sebagai presiden transisi pada akhir Januari 2025. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Suriah Puji Pencabutan Sanksi oleh Trump sebagai Titik Balik Bersejarah