Ribuan demonstran di kota Belem, Brasil, mendesak adanya aksi nyata yang lebih kuat dari KTT Iklim COP30. (EFE/Andre Borges)
Willy Haryono • 16 November 2025 09:20
Belem: Ribuan demonstran iklim turun ke jalan di Kota Belem, Brasil, pada Sabtu, 15 November, dalam sebuah aksi besar yang riuh, beragam, dan berlangsung damai. Mereka menuntut tindakan yang lebih tegas untuk melindungi masa depan planet Bumi serta meluapkan kekecewaan terhadap pemerintah dan industri bahan bakar fosil.
Tidak jauh dari lokasi aksi, para negosiator mencapai titik tengah perundingan maraton KTT Iklim COP30, yang bertujuan mengubah berbagai janji bertahun-tahun menjadi langkah nyata guna menghentikan kenaikan suhu global dan memberikan dukungan bagi mereka yang paling terdampak pemanasan bumi.
Di jalanan, masyarakat adat, aktivis muda, dan berbagai kelompok masyarakat sipil berkumpul sambil bernyanyi, memainkan alat musik, dan mengibarkan spanduk di bawah suhu siang hari mendekati 30 derajat Celcius.
Kelembapan tinggi di kota tropis tersebut membuat suhu terasa hampir 35 derajat Celcius, menurut data Institut Meteorologi Nasional Brasil yang dikutip AsiaOne, Minggu, 16 November 2025.
“Momen ini adalah kesempatan bagi kita untuk berbaris dan menyusun peta jalan tentang apa yang harus dilakukan di COP ini: transisi dari deforestasi dan penggunaan bahan bakar fosil,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Brasil, Marina Silva, saat menyampaikan pidato kepada massa.
Salah satu peserta aksi, Cristiane Puyanawa, yang berasal dari komunitas adat, menyuarakan tuntutan untuk penguatan hak atas tanah.
“Tanah dan hutan kami bukan komoditas. Hormatilah alam dan masyarakat yang hidup di dalam hutan,” katanya.
COP30 sejauh ini telah menyaksikan berbagai aksi protes, termasuk upaya sejumlah masyarakat adat untuk memaksa masuk ke lokasi pertemuan yang berujung bentrokan dengan aparat keamanan pada Selasa lalu.
Pada Sabtu, yang ditetapkan sebagai hari protes dalam rangkaian KTT dua pekan itu, pengamanan ketat terlihat di sekitar lokasi pertemuan, termasuk kehadiran polisi militer dengan perlengkapan anti huru-hara, meski rute aksi tidak secara langsung melewati area tersebut.