Jet tempur J-15 milik Tiongkok. Foto: VCG
Tokyo: Pemerintah Jepang memanggil Duta Besar Tiongkok di Tokyo setelah pesawat tempur Tiongkok mengunci radar pada jet Jepang, memperburuk hubungan kedua negara menyusul pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi mengenai Taiwan.
Takaichi sebelumnya menyatakan bulan lalu bahwa Jepang akan melakukan intervensi militer jika Tiongkok melancarkan serangan terhadap Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan diambil dengan kekuatan.
Menurut pemerintah Jepang, jet J-15 dari kapal induk Liaoning dua kali mengunci radar pada pesawat Jepang di perairan internasional dekat Okinawa pada Sabtu, 6 November 2025. Tidak ada kerusakan ataupun korban dalam insiden tersebut. Radar yang digunakan pesawat tempur berfungsi sebagai sistem kendali tembak untuk mengidentifikasi sasaran maupun operasi pencarian dan penyelamatan.
Angkatan Laut Tiongkok menolak tuduhan Tokyo dan menyatakan klaim tersebut “sepenuhnya tidak sesuai fakta,” dan meminta Jepang untuk “segera menghentikan pencemaran dan fitnah.”
Wakil Menteri Luar Negeri Funakoshi Takehiro memanggil Dubes Wu Jianghao pada Minggu sore dan “melayangkan protes keras bahwa tindakan berbahaya tersebut sangat disesalkan.” Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan bahwa Funakoshi “mendesak keras pemerintah Tiongkok memastikan tindakan serupa tidak terulang.”
Takaichi pada Minggu menyampaikan bahwa Jepang akan “merespons dengan tenang dan tegas,” serta menegaskan bahwa pemerintah akan tetap meningkatkan kesiagaan di wilayah laut dan udara sekitar Jepang.
Ketegangan yang Meluas
Mengutip
Channel News Asia, Senin, 8 Desember 2025, pemerintah Jepang pada membantah pernyataan Tiongkok atas insiden tersebut, menegaskan bahwa Pasukan Bela Diri Jepang tidak mengganggu latihan penerbangan militer Tiongkok.
“Klaim pihak Tiongkok bahwa pesawat Pasukan Bela Diri Jepang menghambat penerbangan aman pesawat Tiongkok tidak berdasar,” kata Sekretaris Kabinet Minoru Kihara dalam jumpa pers.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan menolak protes Jepang dan telah melayangkan protes balasan, menurut kantor berita Xinhua. Seorang juru bicara kementerian, dikutip
Xinhua, meminta Jepang untuk “segera menghentikan tindakan berbahaya yang mengganggu latihan militer biasa Tiongkok.”
Insiden tersebut terjadi setelah ketegangan baru di sekitar Kepulauan Senkaku, wilayah yang dikelola Jepang namun diklaim Tiongkok sebagai Diaoyu.
Pekan lalu, dua kapal penjaga pantai Tiongkok memasuki perairan yang diklaim Jepang dan diminta keluar. Tiongkok menyatakan bahwa sebuah kapal penangkap ikan Jepang “memasuki wilayah perairan Tiongkok secara ilegal” dan kapal-kapalnya mengambil “tindakan pengendalian yang diperlukan.”
Selain itu, komentar Takaichi pada 7 November mengenai Taiwan yang dikenal bersikap keras terhadap Tiongkok memicu kemarahan Beijing. Sejak itu, Tiongkok menyerukan warganya menghindari perjalanan ke Jepang, dan beberapa acara budaya serta pemutaran film Jepang dilaporkan terpengaruh.
Walau disebut telah memperbarui larangan impor makanan laut Jepang, Beijing sejauh ini belum menerapkan langkah ekonomi yang lebih keras seperti pembatasan ekspor logam tanah jarang.
Namun surat kabar Yomiuri Shimbun melaporkan pada Minggu bahwa proses izin ekspor logam tanah jarang untuk perusahaan Jepang berlangsung lebih lambat dari biasanya, komponen yang penting bagi industri ponsel pintar dan kendaraan listrik.