Melawan Kamboja, Pertahanan Thailand Dilengkapi Persenjataan Israel

Ilustrasi Atmos 2000 milik Thailand. (Istimewa)

Melawan Kamboja, Pertahanan Thailand Dilengkapi Persenjataan Israel

Riza Aslam Khaeron • 11 December 2025 13:10

Jakarta: Konflik bersenjata kembali pecah di perbatasan Thailand dan Kamboja, membuka kembali sengketa lama yang belum pernah benar-benar tuntas. Di tengah ketegangan tersebut, Thailand mengandalkan berbagai persenjataan canggih yang berasal dari negara-negara maju, termasuk Israel.

Melansir Haaretz pada 10 Desember 2025, keunggulan Thailand atas Kamboja tidak hanya bertumpu pada jumlah pasukan atau anggaran militer, tetapi juga pada modernisasi persenjataan yang banyak ditopang oleh industri pertahanan Israel.

Berbagai kontrak pembelian, kerja sama teknologi, dan produksi bersama membuat kedua negara terikat dalam hubungan pertahanan yang semakin erat.

Hubungan tersebut mencakup pasokan senjata ringan, sistem artileri, roket, rudal antitank, hingga drone pengintai dan sistem pertahanan udara. Keunggulan Thailand terlihat di hampir semua lini, mulai dari kemampuan serangan udara hingga akurasi tembakan artileri jarak jauh.
 

Thailand Unggul di Medan Tempur Darat, Laut, dan Udara

Mengutip Hareetz, Angkatan darat Thailand dinilai memiliki keunggulan teknologi signifikan atas angkatan darat Kamboja di hampir setiap aspek.

Ilustrasi rudal antipesawat MX. (Israel Aerospace Industries)

Salah satu contoh terbaru adalah keputusan angkatan udara Thailand untuk membeli baterai rudal antipesawat MX buatan Israel Aerospace Industries minggu lalu.

Sistem ini menambah lapisan baru dalam payung pertahanan udara Thailand yang sebelumnya sudah mencakup berbagai sistem buatan Prancis, Inggris, Tiongkok, dan Israel.

Di sisi lain, Kamboja masih banyak mengandalkan rudal bahu dan meriam antipesawat lama, meski baru-baru ini membeli empat baterai HQ-12 dari Tiongkok.

Di sektor udara, Thailand mengoperasikan pesawat tempur F-16A/B dan Saab JAS-39 Gripen buatan Swedia yang dilengkapi pod penjejak dan penargetan Litening buatan Rafael. Pod ini memungkinkan serangan udara yang lebih presisi terhadap sasaran di darat.

Pesawat F-16 Thailand juga pernah digunakan untuk menyerang peluncur roket Kamboja dengan rudal berpemandu laser buatan Lockheed Martin dari Amerika Serikat.

Keunggulan tersebut diperkuat dengan armada drone yang berbasis pada teknologi Israel. Drone buatan Elbit Systems dan Aeronautics digunakan untuk pengintaian, penandaan sasaran dengan laser, peperangan elektronik, serta pemantauan garis depan secara terus-menerus.

Thailand mengoperasikan beberapa jenis drone dari Aeronautics, termasuk Orbiter II dan Aerostar, yang dilengkapi berbagai radar dan sensor.

Pada 2023, Thailand juga menerima drone Dominator XP, varian lebih besar dari Aerostar, dengan kemampuan terbang hingga 20 jam dan kapasitas muatan sekitar sepuluh kali lipat dibanding model yang lebih kecil. Kombinasi ini memberi Thailand gambaran medan tempur yang jauh lebih baik dibanding Kamboja.

Hermes 900. (Mirgolth/Wikimedia Commons)

Angkatan Laut Kerajaan Thailand turut memperbarui sistem pengintaiannya. Pada 2022, mereka membeli tujuh drone Hermes 900 buatan Elbit Systems senilai 120 juta dolar AS untuk menggantikan Hermes 450 yang lebih tua.

Hermes 900 merupakan drone MALE (medium altitude long endurance) dengan jangkauan dan waktu terbang lebih panjang serta kapasitas muatan hingga 350 kilogram, memungkinkan pengangkutan lebih banyak sensor dan peralatan misi.

Thailand juga berupaya meningkatkan akurasi serangan udara dengan membeli 26 kit pemandu Lizard 3 buatan Elbit. Kit berbasis pemandu laser ini mengubah bom konvensional menjadi amunisi berpemandu presisi, yang dapat mengurangi risiko kerusakan di sekitar sasaran.
 

Kerja sama Riset Pertahanan Thailand-Israel

Di sektor darat, kerja sama Thailand dengan industri pertahanan Israel mencakup artileri dan rudal antitank. Thailand memiliki sistem artileri dan roket presisi buatan Elbit, serta rudal antitank Spike-MR buatan Rafael dengan jangkauan sekitar 2,5 kilometer.

Pada 2023, lembaga riset pertahanan Thailand, Defense Technology Institute (DTI), menandatangani kontrak dengan Rafael untuk memungkinkan produksi rudal Spike NLOS di dalam negeri, dengan jangkauan hingga 30 kilometer.

Ketiga matra utama militer Thailand – darat, laut, dan udara – kini dipersenjatai dengan berbagai sistem buatan Israel.

|
Atmos 2000. (Dok. Royal Thai Army)

DTI juga bekerja sama dengan Elbit untuk memproduksi peluncur roket pertama Thailand berbasis sistem PULS. Kolaborasi ini juga menghasilkan artileri gerak sendiri berbasis meriam Atmos 2000 yang dipasang pada truk, memudahkan pergerakan dan penempatan ulang di dekat garis perbatasan.

Sistem ini meningkatkan fleksibilitas dan daya tembak Thailand jika konflik dengan Kamboja membesar.

Keunggulan teknologi juga tampak pada kekuatan lapis baja. Kamboja masih banyak bergantung pada tank era Soviet dan buatan Tiongkok, sementara Thailand mengoperasikan tank lebih modern seperti T-84 Oplot buatan Ukraina, tank ringan Commando Stingray buatan Amerika Serikat, serta tank buatan Tiongkok.


M60 dengan sistem kendali Elbit. (via Defense Studies)

Thailand juga masih mengoperasikan M60 dengan paket modernisasi yang mencakup sistem kendali penembakan dari Elbit.

Thailand turut membeli rudal antitank Javelin dari Amerika Serikat, yang dikenal efektif menghancurkan kendaraan lapis baja dalam perang di Ukraina. Beredar pula rekaman video yang memperlihatkan penggunaan tank Stingray Thailand dalam pertempuran melawan pasukan Kamboja.

Dalam pertahanan udara, selain baterai MX dari Israel, Thailand mengoperasikan sistem dari Prancis, Inggris, dan Tiongkok. Gabungan sistem ini membentuk payung pertahanan berlapis yang sulit ditandingi oleh Kamboja, yang sebagian besar masih menggunakan sistem lama.

Meskipun pembelian HQ-12 dari Tiongkok meningkatkan kapabilitas Kamboja, hal itu belum mampu menutup kesenjangan kualitas dengan Thailand.
 

Baca Juga:
Kamboja Tuduh Thailand Tembakkan Gas Beracun ke Warga Sipil
 

Tiongkok Saingan Utama Israel di Pasar Persenjataan Thailand

Walaupun banyak mengandalkan Israel, Thailand juga menjaga hubungan pertahanan yang erat dengan Tiongkok. Persaingan utama bagi Israel di pasar Thailand justru datang dari perusahaan-perusahaan pertahanan Tiongkok.


VT-4 buatan Norinco. (War Thunder Forum)

Thailand mengoperasikan tank VT-4 buatan Norinco, membeli rudal permukaan-ke-udara FK-3, dan pada 2017 meneken kontrak pembelian satu kapal selam kelas Yuan dari galangan Wuchang senilai 424 juta dolar AS.

Di sektor drone, DTI bekerja sama dengan perusahaan Beihang UAS Technology dari Tiongkok untuk mengembangkan drone MALE yang ditujukan bersaing dengan produk Israel. Ini menunjukkan bahwa Thailand tidak hanya menjadi pembeli, tetapi juga berupaya mengembangkan kapasitas industri pertahanan dalam negeri.

Di tengah konflik dengan Kamboja, strategi belanja dan alih teknologi ini menempatkan Thailand dalam posisi yang jauh lebih unggul.

Kombinasi antara pesawat tempur modern, drone canggih, artileri presisi, rudal antitank mutakhir, dan sistem pertahanan udara berlapis menjadikan kapabilitas militer Thailand melampaui Kamboja di hampir semua lini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Arga Sumantri)