Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan. Bahkan, penguatan mata uang Garuda tersebut cukup signifikan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 11 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.194 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 46 poin atau setara 0,28 persen dari posisi Rp16.240 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat besok akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.140 per USD hingga Rp16.230 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.
Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
Menanti kebijakan suku bunga Fed
Dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada Rabu setelah kesaksian awal Powell di hadapan Kongres, dengan Ketua The Fed menandai melemahnya pasar tenaga kerja baru-baru ini sebagai faktor yang semakin penting dalam memutuskan kapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga.
Powell juga mengatakan penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh keyakinan yang lebih besar inflasi menuju target dua persen. Namun dengan menyebutkan peningkatan inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang dihadapi bank sentral.
Ketua The Fed dapat dianggap sedang mempersiapkan landasan untuk penurunan suku bunga pada bulan September. Powell akan kembali ke Washington pada Rabu malam, dan para pedagang akan mencari penyempurnaan lebih lanjut dalam komentarnya menjelang data penting inflasi konsumen pada Kamis.
Di sisi lain, data inflasi indeks harga produsen Jepang menunjukkan meskipun inflasi pabrik meningkat pada Juni, inflasi tersebut masih relatif lemah, sehingga menambah keraguan mengenai apakah Bank of Japan akan memiliki cukup dorongan untuk terus melakukan pengetatan kebijakan.
Inflasi CPI Tiongkok menyusut pada Juni, mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Inflasi PPI di negara tersebut membaik, menyusut pada laju paling lambat sejak Februari 2023, namun masih menunjukkan disinflasi Tiongkok masih terus terjadi.
Subsidi energi tahun ini membengkak
Sementara itu, realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun ini akan membengkak. Peningkatan ini didorong oleh fluktuasi Indonesian Crude Price (ICP), nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume LPG dan listrik bersubsidi.
Pada semester I-2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp155,7 triliun, dibandingkan dengan Rp161,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan penurunan 3,8 persen. Namun, angka ini belum memasukkan kompensasi yang akan dihitung pada semester II.
Untuk menghindari defisit APBN yang semakin melebar, pemerintah berencana melaksanakan pembatasan BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024, dengan tujuan mengurangi jumlah pemakaian BBM subsidi.
Untuk mengatur penyaluran
BBM bersubsidi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Nomor 2 Tahun 2023, yang menetapkan bahwa pembeli BBM bersubsidi harus memiliki surat rekomendasi dari pemerintah daerah, kepala pelabuhan, lurah, atau kepala desa.
"Defisit APBN menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan dan keseimbangan anggaran negara. Sedangkan, defisit APBN 2024 diproyeksikan akan lebih besar dari target yang telah ditetapkan," terang Ibrahim.
Sehingga, dengan pengetatan penggunaan BBM subsidi, biaya subsidi bisa ditekan, alhasil pemerintah semakin dapat menghemat APBN 2024 dan berencana mendorong penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bensin. "Penggunaan bioetanol dapat mengurangi polusi udara dan memiliki kadar sulfur yang rendah," ungkap Ibrahim menjelaskan.