Pemberantasan Narkoba Perlu Optimalisasi Rehabilitasi

Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto/Medcom.id/Siti

Pemberantasan Narkoba Perlu Optimalisasi Rehabilitasi

Siti Yona Hukmana • 10 May 2024 21:23

Jakarta: Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengacungi jempol Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipidnarkoba) Bareskrim Polri terkait pemberantasan produsen narkoba. Namun, pemberantasan dinilai tidak cukup.

"Upaya yang dilakukan harus seimbang antara menekan pasokan denga pemberantasan dan TPPU narkoba dan menekan permintaan (merehabilitasi korban narkoba dan upaya pencegahan)," kata Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto kepada Medcom.id, Jumat, 10 Mei 2024.

Benny menilai optimalisasi pemberantasan narkoba perlu dibarengi  rehabilitasi yang konsisten. Para korban, kata Benny, harus direhab supaya pulih dan tidak mencari narkoba.

"Saat ini rehabilitasi sangat minim, kapasitas panti rehab dan dukungan anggaran terbatas," ungkap purnawirawan jenderal polisi bintang dua itu.
 

Baca: Polri Terus Bersinergi dengan Intelijen Berantas Narkoba

Menurut Benny, munculnya pabrik narkoba di beberapa tempat menunjukkan tingginya permintaan terhadap narkoba. Para bandar nekat membuat pabrik dekat konsumen, agar peredarannya lebih singkat dan  tidak terdeteksi.

"Para aparat penegak hukum harus terus diawasi oleh para atasan dan oleh masyarakat. Apabila ada yang terlibat peredaran narkoba perlu di beri sanksi yang berat dan pecat," ujar dia.

Lalu, ketua lembaga pengawas eksternal Polri ini menyebut aparat yang konsumsi narkoba perlu diasesmen dan dipertimbangkan apakah masih bisa direhab atau tidak. Beberapa oknum penyalahguna narkoba setelah direhab masih dapat pulih dan kembali bertugas.

"Kasus Irjen TM (Teddy Minahasa) menjadi peringatan bagi semua aparat penegak hukum karena sanksinya berat," tutur dia.

Benny menyebut pengungkapan pabrik narkoba dapat dilakukan secara bertangga dari konsumen, pengedar, bandar, dan pabrik. Teknik yang digunakan bisa undercover buy atau control delivery.

Selain itu, dapat juga diungkap melalui importasi bahan baku dan mesin/peralatan yang digunakan di pabrik. Seperti kasus pabrik narkoba di Cikande terdeteksi awal dari mesin yang diimpor ke Indonesia, kemudian dipantau terus sampai berproduksi.

"Faktor yang memudahkan memproduksi narkoba disebut karena informasi dapat diperoleh melalui internet. Seperti cara membuat tembakau gorila, sumber bahan baku juga dapat dibeli secara online," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)