Australia. Foto: Unsplash.
Sydney: Regulator korporasi Australia memperkirakan jumlah perusahaan yang mengalami kebangkrutan akan mencapai angka tertinggi dalam 11 tahun. Industri konstruksi dan perhotelan yang paling terkena dampaknya.
Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC) menuturkan hingga 31 Maret 2024, sebanyak 7.742 perusahaan telah memasuki administrasi, naik 36,2 persen dari periode yang sama sebelumnya.
"Angka tersebut akan melebihi 10 ribu pada akhir tahun keuangan hingga 30 Juni tingkat yang belum pernah terjadi sejak tahun keuangan 2012-2013,” kata regulator, dilansir
Business Times, Kamis, 18 April 2024.
Industri konstruksi dan perhotelan mempunyai jumlah kegagalan perusahaan tertinggi, masing-masing menyumbang hampir 27,7 persen dan 15,2 persen dari seluruh kebangkrutan.
Permintaan konsumen yang lesu dan biaya operasional yang tinggi telah memaksa beberapa perusahaan untuk mengurangi biaya operasi. Sementara tekanan kredit membuat perusahaan semakin sulit dan mahal untuk melakukan pinjaman.
"Penyebab paling umum adalah arus kas yang tidak memadai atau menyalahkan tingkat kas yang tinggi yang berarti utang (keluaran) lebih tinggi daripada pendapatan," kata Ahli strategi Pasar di Platform Perdagangan Moomoo Jessica Amir.
Likuidasi pengadilan
ASIC mengatakan penunjukan restrukturisasi dan likuidasi pengadilan meningkat lebih dari tiga kali lipat, dibandingkan dengan periode sembilan bulan sebelumnya.
Bank Sentral Australia telah memperingatkan pada 2024 kemungkinan akan menjadi tahun yang sulit bagi dunia usaha dan rumah tangga karena inflasi dan suku bunga yang tinggi selama beberapa dekade, sehingga memicu sedikit ekspektasi akan adanya keringanan suku bunga pada tahun tersebut.
Bank sentral Australia mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 12 tahun sebesar 4,35 persen pada Maret untuk pertemuan ketiga berturut-turut.