Jakarta: Harga Bitcoin (BTC) kembali mencetak tonggak penting dengan menembus level USD114 ribu atau sekitar Rp1,87 miliar (kurs dolar AS Rp16.461), setelah data Indeks Harga Produsen (PPI) AS untuk Agustus 2025, menunjukkan penurunan tajam di bawah ekspektasi. Perkembangan ini meningkatkan keyakinan pelaku pasar Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan untuk periode September mendatang.
Bitcoin sempat menyentuh USD113.953 sebelum melonjak di atas USD114 ribu untuk pertama kalinya sejak akhir Agustus. PPI utama turun menjadi 2,6 persen (yoy) dibandingkan perkiraan 3,3 persen, sementara PPI inti juga melandai menjadi 2,8 persen. Penurunan ini memperkuat proyeksi inflasi melemah hingga kuartal IV-2025
Secara historis,
bitcoin cenderung mengalami turbulensi jangka pendek setiap kali Fed memangkas suku bunga, diikuti dengan reli kuat jangka panjang. Indikator MVRV (Market Value to Realized Value) dan Rasio Whale mengkonfirmasi pola ini, di mana aksi jual awal dari investor besar biasanya memicu volatilitas, sebelum pasar masuk fase akumulasi.
"Penurunan data inflasi produsen Amerika menjadi katalis kuat yang membuat investor kembali percaya diri terhadap prospek
bullish bitcoin. Namun, kita tetap harus mewaspadai volatilitas jangka pendek menjelang keputusan Fed minggu depan," jelas Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur dikutip dari analisisnya, Minggu, 14 September 2025.
Selain bitcoin, BNB juga mencuri perhatian dengan menembus USD904 atau sekitar Rp14,8 juta, mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa. Reli ini didorong oleh kesepakatan strategis antara Binance dan raksasa manajemen aset Franklin Templeton, serta meningkatnya akumulasi BNB oleh institusi besar.
"BNB kini telah naik lebih dari 28 persen sejak awal tahun, dan analis memproyeksikan harga dapat menembus level psikologis USD1.400 jika tren positif ini berlanjut. Indikator teknikal seperti RSI, MACD, serta
moving average jangka menengah hingga panjang mendukung momentum
bullish masih terbuka, meski ada potensi koreksi jangka pendek," jelas Fyqieh.
"Adanya entri institusional serta akumulasi
treasury BNB memperkuat kepercayaan terhadap aset ini sebagai aset utilitas dan penyimpan nilai. Resistensi psikologis dan teknikal di sekitar USD900 sampai USD920 sangat krusial. Jika gagal menembus dengan volume yang cukup, bisa terjadi
pullback," sambung dia.
(Ilustrasi pergerakan harga aset kripto. Foto: dok KBI)
Memecoin mengekor kenaikan bitcoin
Selain altcoin besar, deretan memecoin juga menunjukkan performa impresif dalam sepekan terakhir seiring meningkatnya euforia pasar. Dogecoin (DOGE) menjadi sorotan utama setelah harganya naik signifikan menjelang peluncuran ETF DOGE pertama, menembus level USD0,25 yang merupakan titik tertinggi sejak Mei. Jika ETF tersebut mendapat sambutan positif, reli DOGE berpotensi berlanjut.
Sementara itu, Shiba Inu (SHIB) berhasil menembus pola teknikal
bullish dengan target resistensi di USD0,00001590, memperkuat sinyal tren naik jangka menengah. Pepe Coin (PEPE) juga tidak kalah menarik setelah berhasil
breakout dari pola
falling wedge, membuka peluang reli menuju USD0,00001335.
Di sisi lain, Trump Coin (TRUMP) masih bergerak fluktuatif, namun pola
double-bottom yang terbentuk memberikan prospek kenaikan hingga USD11,95, atau sekitar 37 persen lebih tinggi dari level saat ini.
Menurut Fyqieh, momentum memecoin tidak bisa dilepaskan dari sentimen pasar makro. Ketika bitcoin stabil di atas USD113 ribu dan pasar menantikan pelonggaran kebijakan moneter, memecoin seperti DOGE dan SHIB mendapat dorongan dari spekulasi dan
hype komunitas.
"Faktor eksternal seperti ETF dan tren politik juga menambah katalis unik bagi segmen ini," ungkap dia.
Dengan ekspektasi tinggi terhadap pemangkasan
suku bunga Fed, prospek jangka pendek bitcoin diprediksi masih volatil. Namun, jika pola historis kembali berulang, kebijakan moneter longgar dapat membuka jalan bagi reli baru hingga ke level tertinggi sepanjang masa.
Altcoin seperti BNB berpotensi menjadi outperformer karena dukungan fundamental kuat, sementara memecoin masih akan didorong oleh
hype komunitas dan spekulasi investor.