Proses pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina di Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Kairo: Kelompok pejuang Palestina Hamas menyatakan kesediaanya membebaskan seluruh sandera Israel jika perang di Gaza dihentikan dan pasukan Israel ditarik sepenuhnya dari wilayah tersebut. Tawaran ini disampaikan pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu, setelah serangkaian negosiasi dengan mediator Mesir dan Qatar pada Senin lalu.
"Kami siap membebaskan semua tawanan Israel dengan imbalan kesepakatan pertukaran tawanan yang serius, penghentian perang, penarikan pasukan Israel, serta masuknya bantuan kemanusiaan," ujar Nunu, dikutip dari Malay Mail, Senin, 14 April 2025. Namun, ia menegaskan bahwa pelucutan senjata Hamas tidak bisa dinegosiasikan.
Kebuntuan negosiasi
Proposal terbaru dari Israel, seperti dilaporkan situs
Ynet, menawarkan pembebasan 10 sandera hidup sebagai imbalan negosiasi gencatan senjata tahap kedua dengan jaminan AS. Namun, Hamas menolak pendekatan bertahap ini.
Kelompok keluarga sandera Israel, Hostages and Missing Families Forum, juga menentang pembebasan bertahap. "Metode ini hanya membuang waktu dan membahayakan nyawa sandera. Kami menuntut penghentian perang dan pembebasan semua sandera sekaligus," tegas pernyataan mereka.
Dampak konflik berkelanjutan
Perang Gaza, yang dipicu serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah menewaskan 1.218 orang di Israel dan 50.983 warga Palestina menurut data Kementerian Kesehatan
Gaza. Gencatan senjata Januari lalu runtuh pada 18 Maret, memicu gelombang kekerasan baru yang menewaskan 1.613 orang dalam sebulan terakhir.
Di tengah kebuntuan diplomasi, Hamas dan Israel tetap bersikukuh pada posisi masing-masing. Hamas menuntut jaminan penghentian perang permanen, sementara Israel bersikeras pada pelucutan senjata kelompok tersebut. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Hamas Nilai Penting untuk Capai Gencatan Senjata di Gaza