Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Rupiah tak kuasa menahan penguatan yang dialami oleh dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 6 Otober 2025, rupiah berada di level Rp16.588 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp16.583 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.593 per USD. Rupiah juga kembali melemah dibandingkan dengan Rp16.545 per USD pada penutupan kemarin.
Rupiah fluktuatif cenderung melemah
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah akan bergerak berfluktuasi namun berpotensi menutup perdagangan lebih lemah di kisaran Rp16.530–Rp16.580 per dolar AS. Ia menilai, dolar AS mendapat sentimen positif sehingga memengaruhi gerak rupiah.
Menurutnya, penguatan dolar AS didorong oleh meningkatnya keyakinan pasar global bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Berdasarkan data CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin mencapai lebih dari 99 persen.
"Pasar semakin yakin pemangkasan suku bunga akan terjadi dalam waktu dekat. Itu membuat dolar menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia," jelas Ibrahim dalam keterangannya.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Faktor global hingga domestik
Selain faktor moneter, ketidakpastian politik di AS juga menambah tekanan. Hingga kini, para senator masih gagal mencapai kesepakatan atas proposal pengeluaran pemerintah federal, sehingga penutupan pemerintahan (
shutdown) berlanjut hingga pekan depan.
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan Hamas untuk mengatur pertemuan lanjutan di Mesir membahas perundingan damai terkait konflik Gaza. Di saat bersamaan, Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia.
Tekanan terhadap rupiah juga bersumber dari dalam negeri, terutama akibat lambatnya penyerapan belanja kementerian/lembaga (K/L) dalam tahun anggaran 2025. Kebijakan efisiensi anggaran membuat sejumlah instansi harus menyesuaikan kembali alokasi belanja mereka.
Meski demikian, pemerintah tetap optimistis penyerapan akan meningkat menjelang akhir tahun. Data Kementerian Keuangan menunjukkan, terdapat 12 K/L besar yang telah mencapai realisasi belanja sekitar 80 persen.