THR Nakes Tak Dibayar Penuh, Ini Dalih Manajeman RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Eniarti. MTVN/Ahmad Mustaqim

THR Nakes Tak Dibayar Penuh, Ini Dalih Manajeman RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Ahmad Mustaqim • 27 March 2025 09:17

Yogyakarta: Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Eniarti mengatakan pendapatan lembaga kemungkinan besar tak penuhi target pada Maret 2025. Sementara, anggaran belanja tenaga RS sebannyak 45 persen.

"Dari 45 persen ini, saat ini pendapatan (RSUP Dr) Sardjito, ini kan kita baru Januari sama Februari. Itu pendapatan kita itu di angka Rp124 miliar dalam waktu satu bulan. Harusnya itu Rp140 miliar," kata Eniarti pada Rabu petang, 26 Maret 2025. 

Ia mengatakan penerapan anggaran 45 persen untuk pos itu membuat munculnya indikator merah. Menurut dia, hal itu bisa jadi hal yang tak diinginkan. "Kalau kita itu ingin indikatornya tidak merah, sesuai dengan aturan yang seharusnya, maksimal itu 45 persen. Kita menerapkan 45 persen, ternyata tadi hasilnya itu kan tidak memuaskan," katanya. 

Pemaksaan belanja pada pos itu sebesar 45 persen bakal jadi evaluasi Kementerian Kesehatan. Kemudian hal itu bisa dikaitkan dengan aspek lain, termasuk jumlah tenaga rumah sakit hingga pendapatannya kurang. 

"Bisa jadi sama-sama pendapatannya Rp124 miliar, pegawainya mungkin kurang dari 3 ribu, otomatis kan dapatnya gede. Tapi karena pegawai Sardjito itu hampir mencapai 4 ribu sekian, dengan 45 persen, itu dapatnya dibagi banyak," katanya. 
 

Baca: RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Klaim Telah Bayar Seluruh THR Nakes

Jumlah pegawai di RSUP Dr Sardjito sebanyak 3.129 orang yang terdiri dari 1.808 pegawai PNS, 413 pegawai PPPK, dan 908 pegawai BLU Non ASN. Dalam situasi itu, pihak manajemen menggunakan strategi untuk medis memakai cara metode fee for service. 

Erniati lantas memperbesar persentase dari 45 persen menjadi 48 persen. Menurutnya, cara itu membuat ruang lebih fleksibel meski pertanggungjawabannya ke kementerian soal target pendapatan harus realistis. 

"Kita juga akan mikirkan, ini ramadan, syawal, liburnya banyak, siapapun itu pasien kalau bisa ya lebaran itu jangan di rumah sakit dong, harusnya itu pulang ke rumah," kata dia. 

Sementara, rata-rata angka okupansi bed saat ini kemungkinan hanya di angka 60-65 persen. Situasi itu berimbas pendapatan rumah sakit kemungkinan besar Rp124 miliar tidak akan tercapai. Sementara, komposisi THR para pegawai dan nakes terdiri dari gaji dan tunjangan serta THT insentif. Pihak pimpinan RS menyebut semua THR itu telah dibayarkan. 

"Tetapi insentif ini sesungguhnya bukan kinerja, karena ya tidak ada kinerjanya, itu adalah penghargaan kepada sivitas rumah sakit," ucapnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)