Harga Emas Melejit di Tengah Ketegangan Perdagangan Tarif Trump

Ilustrasi harga emas naik. Foto: Freepik.

Harga Emas Melejit di Tengah Ketegangan Perdagangan Tarif Trump

Husen Miftahudin • 14 July 2025 10:17

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) kembali mencatatkan kenaikan signifikan hampir satu persen pada sesi perdagangan Jumat, 11 Juli 2025, setelah sentimen pasar berubah negatif menyusul kebijakan tarif kontroversial Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada dan ancaman perluasan bea masuk ke negara lain serta komoditas penting seperti tembaga.
 
Kenaikan ini membawa logam mulia menguji kembali level USD3.365 per troy ons pada awal perdagangan sesi Asia Senin  14 Juli 2025, saat para pelaku pasar bergegas mencari aset safe-haven di tengah eskalasi perang dagang global.
 
Menurut analisis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, sinyal teknikal kini menunjukkan tren bullish yang semakin menguat pada XAU/USD.
 
"Kombinasi pola candlestick yang konsisten membentuk higher low dan higher high, dipadu dengan Moving Average jangka pendek yang memotong ke atas MA jangka menengah, mengindikasikan bahwa tekanan beli masih mendominasi pasar," ujar Andy dikutip dari analisis hariannya, Senin, 14 Juli 2025.
 
Menurut Andy, formasi ini memberikan dasar yang kuat bagi kelanjutan rally emas sepanjang pekan ini. Berdasarkan proyeksi Andy, apabila tekanan bullish tetap terjaga, XAU/USD berpeluang menanjak hingga area sekitar USD3.390 dalam beberapa hari ke depan.
 
Namun, Andy juga mengingatkan adanya skenario alternatif di mana harga gagal mempertahankan momentum kenaikan. "Jika terjadi reversal dan harga menembus level support krusial di USD3.350, maka ada potensi koreksi lebih dalam ke kisaran USD3.320 sampai USD3.330," jelasnya.
 
Faktor fundamental yang mendorong reli emas datang dari kebijakan perdagangan AS yang semakin proteksionis. Pada Sabtu, 12 Juli 2025, Trump mengumumkan akan mengenakan tarif 30 persen pada impor barang dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus, serta menaikkan tarif impor Kanada hingga 35 persen.
 
Selain itu, usulan tarif umum sebesar 15 persen hingga 20 persen untuk mitra dagang lain, ditambah bea masuk 50 persen pada tembaga, menciptakan kekhawatiran luas akan gangguan rantai pasok global dan potensi kenaikan biaya produksi. "Ketegangan ini mendorong investor berpindah ke emas sebagai lindung nilai," kata Andy.
 

Baca juga: Trump Bisa Pecat Powell Jika Terbukti 'Tilep' Duit Proyek Renovasi Gedung Fed


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Kebijakan moneter Fed batasi potensi upside emas

 
Di sisi geopolitik, konflik di Timur Tengah juga menambah dukungan bagi emas. Data dari Reuters melaporkan delapan warga Palestina tewas dan belasan lainnya terluka akibat rudal Israel yang meleset di Gaza Tengah.
 
Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, menyatakan harapannya pada pembicaraan gencatan senjata di Qatar. Isu ini memperkuat peran emas sebagai aset safe-haven di saat risiko eskalasi meningkat.
 
Meski demikian, kebijakan moneter The Fed bisa membatasi potensi upside emas. Risalah rapat FOMC Juni mengindikasikan mayoritas pejabat enggan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat risiko inflasi akibat kenaikan tarif perdagangan.
 
Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee bahkan menyebut ketidakpastian tarif membuat prospek inflasi semakin sulit diprediksi, sehingga mendukung keputusan untuk menunda pemangkasan suku bunga.
 
Investor juga mewaspadai sejumlah data ekonomi AS pekan ini. Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni diperkirakan naik 2,6 persen secara tahunan dan 0,3 persen secara bulanan, sementara IHK Inti diproyeksikan stabil di 2,8 persen (yoy) dan naik 0,3 persen (mtm).
 
Angka Penjualan Ritel Juni diperkirakan stagnan di nol persen setelah kontraksi minus 0,9 persen pada Mei, dan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal minggu lalu diperkirakan turun tipis ke 225 ribu. Hasil rilis ini akan memengaruhi ekspektasi pelonggaran moneter dan imbal hasil obligasi, yang secara langsung berdampak pada harga emas.
 
Dengan kombinasi antara sinyal teknikal yang bullish, ketegangan perdagangan serta geopolitik yang mendukung safe-haven, dan kebijakan The Fed yang cenderung menahan suku bunga, harga emas hari ini diprediksi akan bergerak di kisaran USD3.350 hingga USD3.390.
 
"Pelaku pasar disarankan untuk memantau perkembangan tarif perdagangan AS, risalah FOMC, dan data ekonomi makro AS sebagai acuan arah jangka pendek XAU/USD," tutur Andy mengingatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)