Pakar: Rencana Trump untuk Gaza Tidak akan Terjadi, Tapi Dampaknya akan Besar

Protes Rencana Trump di Gaza. (EFE-EPA/JEON HEON-KYUN)

Pakar: Rencana Trump untuk Gaza Tidak akan Terjadi, Tapi Dampaknya akan Besar

Riza Aslam Khaeron • 6 February 2025 14:53

Jakarta: Rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk "mengambil alih" Gaza dan "memilikinya" telah menuai banyak perhatian di level global.

"Amerika Serikat akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami akan menangani tugas itu juga. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya dan senjata lainnya di lokasi itu." dalam konferensi pers bersama Netanyahu pada 4 Februari 2025.

Namun, para pakar menilai bahwa rencana ini tidak akan terjadi, meskipun tetap memiliki dampak besar bagi kawasan Timur Tengah.
 

Rencana yang Sulit Terwujud

Mengutip BBC pada Kamis, 6 Februari 2025, editor internasional Jeremy Bowen menilai bahwa rencana Trump untuk mengambil alih Gaza "tidak akan terjadi." Bowen menjelaskan bahwa proposal ini sangat bergantung pada kerja sama negara-negara Arab yang justru menolaknya.

"Trump menginginkan Yordania dan Mesir untuk menampung warga Palestina dari Gaza, tetapi kedua negara tersebut secara tegas menolaknya," ungkap Bowen.

Ia juga menambahkan bahwa negara-negara Barat yang merupakan sekutu utama AS dan Israel juga tidak menyetujui langkah ini. Selain itu, terdapat kendala lain dalam implementasi, yaitu keberadaan sekitar 1,2 juta warga Gaza yang tetap bertahan. "Jika satu juta orang pergi, masih ada 1,2 juta lainnya yang akan tetap tinggal," tambahnya.

Selain itu, menurut Times of Israel pada Kamis, 6 Februari 2025, Trump yakin bahwa ketergantungan Mesir dan Yordania pada bantuan AS akan memaksa mereka menerima pengungsi Palestina.

Namun, skenario ini dinilai mustahil karena Yordania sangat khawatir terhadap stabilitas dalam negerinya dan Mesir menganggap masuknya warga Gaza sebagai ancaman eksistensial.
 
Baca Juga:
Ikuti Trump, Israel Keluar dari Dewan HAM PBB
 

Konsekuensi Regional dan Geopolitik

Meskipun tidak akan terjadi, dampak dari pernyataan Trump tetap signifikan. BBC mencatat bahwa gagasan ini telah memperkuat posisi kelompok sayap kanan di Israel yang menginginkan pemindahan total warga Palestina dari Gaza.

"Pernyataan Trump ini memberi semangat kepada kelompok-kelompok ultranasionalis yang percaya bahwa tanah antara Laut Tengah dan Sungai Yordan adalah milik Yahudi," kata Bowen.

Lebih jauh, menurut Times of Israel, meskipun Netanyahu tampak berhati-hati dalam merespons usulan ini, ada kemungkinan ia akan menggunakan pernyataan Trump untuk memperkuat posisinya.

"Jika Netanyahu terus mendukung ide-ide Trump demi menjaga hubungannya dengan Washington, ini bisa merusak hubungan Israel dengan Yordania dan Mesir," tulis Lazar Berman di Times of Israel.

Dari perspektif hukum, Bowen menilai bahwa rencana ini melanggar hukum internasional dan semakin mengikis kredibilitas AS sebagai negara yang mendukung "tatanan berbasis aturan." Ia bahkan menyebut bahwa jika AS benar-benar mencoba menegakkan rencana ini, maka akan mempercepat ambisi Rusia di Ukraina dan China di Taiwan.D

Dari perspektif politik Israel, rencana ini memicu respons positif dari kelompok ultranasionalis. "Meskipun rencana ini tidak berjalan, sekadar melontarkan ide ini saja sudah menimbulkan bahaya dan peluang," tulis Berman.

Kelompok ultranasionalis Israel melihatnya sebagai peluang termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, melihat pernyataan Trump sebagai peluang untuk mengusulkan pemindahan total warga Palestina dari Gaza. 

"Siapa pun yang melakukan pembantaian di tanah kami harus kehilangan tanahnya selamanya," ujar Smotrich

Walaupun kecil kemungkinan untuk diwujudkan, gagasan Trump mengenai pengambilalihan Gaza tetap memberikan dampak besar bagi kawasan Timur Tengah. Pernyataannya telah memperkuat kelompok sayap kanan di Israel, berpotensi mengganggu hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab, dan melemahkan kredibilitas AS di kancah internasional.

Para pakar menegaskan bahwa solusi bagi Gaza dan Palestina membutuhkan pendekatan yang lebih realistis serta dukungan komunitas internasional, bukan rencana yang bersifat provokatif dan tidak dapat direalisasikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)