Siti Yona Hukmana • 18 December 2024 12:46
Jakarta: Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Rissalwan Handy Lubis menyoroti peristiwa tewasnya satu keluarga di Ciputat, Tangerang Selatan, diduga karena terlilit pinjaman online (pinjol). Peristiwa itu dinilai tak perlu terjadi.
"Saya kira bunuh diri tersebut tidak akan terjadi jika keimanan dan nilai keagamaan kepala keluarganya cukup tinggi. Kuncinya di kepala keluarga," kata Rissalwan kepada Metrotvnews.com, Rabu, 18 Desember 2024.
Menurut dia, mereka yang lemah iman juga menerima tekanan dari pihak peminjam. Karena tak kuat, akhirnya memilih bunuh diri sebagai solusi.
"Saya kira karena rasa tidak berdaya untuk melawan intimidasi dari pihak pinjol," kata dia.
Terlebih, kata Rissalwan, tak ada pula bantuan dari rekan, keluarga besar maupun pemerintah. Di samping itu, dia menyesalkan tindakan bunuh diri oleh satu keluarga itu. Sebab, apa pun masalahnya bila keimanan kuat tidak akan menyelesaikan permasalahan dengan bunuh diri.
Di sisi lain, Rissalwan menyebut ada dua faktor masyarakat terlilit pinjol. Pertama, karena penawaran atau supply dan demand atau permintaan.
Menurutnya, permintaan terjadi karena tekanan ekonomi. Kesulitan keuangan membuat keluarga terdesak dan terpaksa memanfaatkan pinjol untuk menenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ini yang jadi masalah, karena pinjaman konsumtif ini yang jadi beban," ujar dia.
Sedangkan, faktor suplai adalah gencarnya penawaran pinjol di internet. Kemudian, hukuman kepada pinjol ilegal oleh aparat penegak hukum dinilai belum membuat efek jera.
"Belum ada sanksi yang tegas untuk memberantas keberadaan pinjol ini," pungkasnya.
Kasus satu keluarga bunuh diri diduga terlilit pinjol terjadi di Kampung Poncol, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Satu keluarga yang terdiri dari tiga orang ditemukan tewas di rumah mereka pada Minggu siang, 15 Desember 2024.
Korban adalah AF, 31, kepala keluarga YL, 28, istri, dan AH, 3, anak laki-laki mereka. Berdasarkan laporan awal, AF ditemukan dalam posisi tergantung di dapur sementara YL dan AH ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar.
Ada pula kasus satu keluarga menenggak racun yang menewaskan seorang balita di Kediri, Jawa Timur. Satu keluarga itu diduga melakukan percobaan bunuh diri karena terlilit pinjaman online.
Kanit Pidana Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kediri Ipda Hery Wiyono menyebut, ada empat korban akibat kejadian ini. Seorang balita yang merupakan anak bungsu meninggal, sedangkan kakaknya yang berusia delapan tahun selamat. Sementara itu, kedua orang tuanya yakni DN dan MN saat dirawat di ICU rumah sakit setempat.
Polisi menyita sejumlah barang bukti di rumah korban. Di antaranya pakaian hingga susu yang diduga dicampur racun. Kini, kasus masih dalam proses penyelidikan pihak kepolisian.