Sritex 'Keok' Diserang Tekstil Tiongkok

29 October 2024 23:16

Pabrik tekstil legendaris Sritex di ujung tanduk setelah dinyatakan pailit. Serbuan tekstil Tiongkok menjadi salah satu penyebabnya. Sebelum Sritex, tercatat ada tujuh pabrik tekstil yang tutup dan mem-PHK 15 ribu karyawan.

Inilah penampakan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex yang kompak mengenakan pita hitam di lengan usai perusahaan dinyatakan pailit. Pita hitam itu bertuliskan 'Selamatkan Sritex'. Mulai dari karyawan divisi produksi, satpam, hingga sopir perusahaan kompak mengenakan pita hitam di lengan kiri. 

Tak cuma karyawan, pita hitam bertuliskan selamatkan Sritex juga dikenakan para pedagang yang berjualan di depan pabrik Sritex. 

Aksi ini merupakan buntut dari putusan Pengadilan Negeri Niaga Semarang pada 21 Oktober 2024 lalu yang menyatakan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk pailit. Atas putusan itu, Sritex mengajukan kasasi.

"Kami menangani masalah ini dengan serius, serius dalam arti kita mengupayakan sekuat tenaga untuk naik banding di Mahkamah Agung, supaya Mahkamah Agung memberikan satu putusan untuk mencabut atau membatalkan keputusan Pengadilan Negeri Semarang tanggal 21 Oktober yang lalu," kata Presiden Direktur Sritex Iwab Kurniawan Lukminto.
 

Baca juga: Sritex Tetap Bisa Ekspor dan Impor Meskipun Pailit

Berdasarkan laporan keuangan per September 2023, Sritex memiliki utang total sekitar Rp24,3 triliun. Utangnya terdiri dari utang jangka panjang, utang jangka pendek yang sebagian besar berasal dari utang bank dan obligasi.

Sritex Group terdiri dari PT Sritex yang ada di Sukoharjo, PT Primayudha Mandirijaya di Boyolali serta PT Sinar Panca Jaya dan PT Mitratek Industries di Semarang. Meski ada putusan pailit, perusahaan masih berjalan.

Para karyawan masih bekerja dan manajemen belum akan mengambil langkah PHK. Jumlah karyawan Sritex mencapai 14 ribu orang. 

Sejatinya sejak 2021, Sritex telah mengalami masalah keuangan yang signifikan. Sepanjang 2023, Sritex telah merumahkan 3 ribu karyawannya untuk efisiensi.

Merespons kondisi Sritex, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan agar PT Sritex tetap berjalan. Pihak Bea Cukai juga telah menyetujui ekspor impor PT Sritex terus dilakukan agar operasional perusahaan tidak berhenti.

"Arahannya beliau (Prabowo) agar perusahaan tetap berjalan. Kemudian nanti dicarikan jalan teknisnya," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dikutip Selasa, 29 Oktober 2024.
 
Baca juga: Prabowo Risau Dengar Sritex Pailit

Pihak manajemen Sritex menyebut menurunnya kinerja perusahaan karena kondisi geopolitik yaitu perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina yang menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor. Sebab, terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun Amerika Serikat.

Faktor kedua lesunya industri tekstil terjadi karena banjir produk tekstil di Tiongkok. Hal ini menyebabkan terjadi dumping harga di mana produk-produk berharga lebih murah menyebar ke negara-negara yang longgar aturan impornya. Salah satunya Indonesia.

Membanjirnya produk tekstil impor dari Tiongkok memang menghantam sektor tekstil dalam negeri. Bukan hanya dari produsen, tetapi juga dari pedagang tekstil.

Pada 2024 tercatat ada tujuh pabrik tekstil dalam negeri yang tutup dengan total karyawan yang di PHK mencapai 15.114 orang. Penyelamatan Sritex harus diletakkan dalam konteks penyelamatan industri tekstil secara keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan langkah menyeluruh agar produk tekstil impor khususnya dari Tiongkok tidak merajalela.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Silvana Febriari)