Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai delapan persen dalam lima tahun ke depan. Pemerintah sudah menyiapkan beberapa strategi.
Strategi pertama, dengan meningkatkan iklim investasi yang dikuatkan dengan revisi Peraturan Pemerintah (PP) untuk mempermudah keran investor masuk. Kemudian persaingan bisnis yang berkualitas dan kompetitif yang optimal melalui program hilirisasi yang berujung pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas.
"(Strategi ketiga) melakukan kontrol ekspor dengan merata dan maksimal," ujar Rosan, dalam program Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Metro TV, Rabu, 22 Oktober 2025.
Pemerintah, kata Rosan, juga berkomitmen agar pertumbuhan ekonomi tersebut bukan sekadar angka, tetapi dapat dijadikan sumber investasi yang berkualitas, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Hal itu dapat berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan, penguatan ekspor, dan kesejahteraan rakyat.
Upaya tersebut pun mulai membuahkan hasil. Pada triwulan II-2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,12 persen. Dengan berbagai stimulus, insentif, serta kebijakan yang tepat, diyakini target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029 dapat tercapai.
Selain itu, pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI)
Danantara jadi salah satu bentuk pengoptimalisasi investasi serta mendorong stimulus perekonomian untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat. Selain itu juga mengeratkan kerja sama bilateral dan perdagangan dengan negara-negara lain untuk mendorong ekspor produk unggulan Indonesia di pasar global.
Pertumbuhan 10 Tahun Terakhir
Ia juga menerangkan bahwa angka pertumbuhan Indonesia dalam 10 tahun terakhir dari pada periode 2014 hingga 2024 mencapai Rp9.100 triliun. Pemerintah juga tengah berusaha supaya dalam lima tahun ke depan jumlahnya terus meningkat hingga lebih dari Rp13 ribu triliun.
Mantan Dubes AS itu menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berasal dari beberapa sektor penting nasional. Misalnya, konsumsi domestik yang tumbuh kurang lebih mencapai 54 persen.
Selain itu investasi yang tercatat tumbuh pada angka 28 hingga 29 persen, pengeluaran pemerintah yang berada pada angka tujuh hingga delapan persen, dan selisih nex export pada angka dua persen.
(Shandayu Ardyan Nitona Putrahia Zebua)