DPR menyoroti lemahnya koordinasi antarlembaga pemerintah dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Terutama setelah mencuatnya kasus dugaan keracunan pangan di sejumlah sekolah.
Dalam rapat dengan Menteri Kesehatan, Kepala BPOM, serta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), anggota Komisi IX DPR, Charles Honoris, menegaskan bahwa tujuan program MBG untuk menanggulangi gizi buruk adalah niat yang baik. Namun, menurutnya, pelaksanaan di lapangan masih jauh dari ideal.
“Niat baik dan tujuan baik harus diikuti juga dengan pelaksanaan dan koordinasi yang baik. Dari awal kami sudah mengingatkan BGN untuk bekerja sama dengan lembaga lain, termasuk BPOM. Namun kerja samanya baru sebatas pelatihan sebelum muncul kasus keracunan,” ujar Charles, dalam program Breaking News Metro TV, Rabu, 1 Oktober 2025.
Ia juga menyoroti perbedaan data kasus yang dipublikasikan. Kementerian Kesehatan mencatat 9.492 kasus dan BPOM mencatat 9.089 kasus. Sementara BGN hanya menyebut 6.457 kasus dengan istilah 'gangguan pencernaan' alih-alih
keracunan makanan.
Menurutnya, inkonsistensi data dan lemahnya koordinasi dapat memperburuk kepercayaan publik. “Kalau kerja sama tidak dibangun dengan baik, maka
public trust terhadap program ini akan semakin turun,” kata Charles.
Charles juga menyoroti merebaknya konten negatif di media sosial (medsos) yang memplesetkan MBG menjadi Makan Beracun Gratis, Makan Belatung Gratis, hingga Makanan Berbahaya. Ia mengingatkan bahwa citra buruk ini berpotensi membuat orang tua enggan mengizinkan anak-anaknya mengonsumsi makanan dari program MBG.
“Ini menyedihkan. Tanpa kampanye negatif pun, masyarakat bisa saja sudah takut. Harus ada langkah besar yang dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap program MBG,” ujarnya.
BGN Minta Maaf
Sebelumnya,
Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang, menangis merespons banyaknya kejadian keracunan akibat makanan dari program MBG. Nanik mengungkap kesedihan atas insiden tersebut.
"Kami mohon maaf, saya seorang ibu, melihat gambar (anak keracunan) di video sedih hati saya," kata Nanik sambil menangis, Jumat, 26 September 2025.
Nanik menegaskan dirinya sebagai ibu yang setres jika anaknya sakit. Apalagi, melihat kejadian ini.
"Tentu kami bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, maka seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada ortu yamg mungkin ikut makan, kami bertanggung jawab penuh dan membiayai semuanya atas apa yang terjadi," tegas Nanik.
Ke depan, dia tak mau menoleransi kelalaian terkait hal ini. Sehingga, tak ada lagi insiden keracunan berulang.
"Ini karena 80 persen SOP dari kami tidak dijalankan oleh mitra," tegas Nanik.
(Muhammad Fauzan)