Momen lebaran tahun ini bukan hanya menjadi sukacita bagi umat Islam di Indonesia, namun juga menjadi momen bagi PDIP untuk mengumumkan bakal calon presiden.
Diketahui, PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres PDIP yang diumumkan langsung oleh ketua umum PDIP Megawati Soekarno Putri.
Ada pun syarat pengusulan Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024, antara lain mendapat dukungan Parpol untuk mengusung nama, memiliki dukungan minimal 20?ri kursi DPR, dan memiliki 25% suara sah dari Pemilu sebelumnya.
Sebelumnya koalisi perubahan telah menunjuk Anies Baswedan sebagai Capres pada Pemilu 2024. Koalisi yang terdiri dari Partai NasDem, Demokrat dan PKS tersebut diketahui memiliki 28,35?ri kursi DPR.
Sementara itu, koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP memiliki suara 25,73?ri kursi DPR. Namun, KIB belum mengusung Capres untuk Pemilu 2024, meskipun Partai Golkar kerap mengusung Airlangga Hartato sebagai Capres.
Lebih lanjut, koalisi Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKB memiliki suara sebanyak 23,65?ri kursi DPR dengan mengarah penunjukan kepada Prabowo Subianto sebagai Capres Pemilu 2024.
Usai Ganjar diusung sebagai Capres Pemilu 2024 dari PDIP, terdapat dinamika potensi perubahan koalisi, seperti isu gabungnya KIB dan KIR, Koaliasi Perubahan bersama KIB, PDIP membentuk koalisi besar atau pun PPP merapat ke PDIP.
Ketua DPP Partai NasDem Sugeng Suparwoto mengatakan, pihaknya menyambut baik keputusan PDIP untuk mengusung Ganjar sebagai Capres karena ini merupakan proses politik yang baik.
Sugeng menambahkan, dengan adanya dua Capres yakni Ganjar dan Anies, masyarakat bisa sedini mungkin menguji dan mengevaluasi serta mengidentifikasi berbagai persoalan tentang kedua kandidat.
Sementara itu, Analisis Politik Ahmad Khoirul Umam mengatakan, memang ada penurunan elektabilitas Ganjar usai polemik gagalnya Indonesia menjadi Piala Dunia U-20.
Umam menyebut, sebelumnya Ganjar sebagai salah satu tokoh politik yang memiliki elektabilitas baik.
