2 October 2025 14:38
Musibah memilukan terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Sebuah musala yang masih dalam tahap pembangunan ambruk saat ratusan santri sedang melaksanakan salat asar berjamaah, pada Senin 29 September 2025, sekitar pukul 15.00 WIB.
Menurut laporan awal, musala yang sedang dalam proses pengecoran di lantai atas runtuh karena tiang pondasi serta struktur penyangga tidak mampu menahan beban tambahan. Peristiwa ini menimbulkan kepanikan dan menyulitkan proses evakuasi karena bangunan yang retak rawan menimbulkan runtuhan susulan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan insiden ini murni akibat kegagalan konstruksi, bukan faktor alam. “Insiden ini dipicu dengan adanya proses pengecoran di lantai atas sejak pagi hari. Beban cor menekan struktur bawah bangunan yang ternyata tidak cukup kuat,” demikian hasil pemeriksaan awal BNPB, dalam program Metro Siang Metro TV, Kamis, 2 Oktober 2025.
Baca Juga: Evakuasi Penyelamatan Korban di Ponpes Al Khoziny Gunakan Alat Berat
Data terkini menunjukkan, 77 orang mengalami luka-luka dan dirawat di sejumlah rumah sakit, termasuk RSUD Sidoarjo, RS Siti Hajar, dan RS Delta Surya. Sementara itu, tiga santri dinyatakan meninggal dunia, yakni Maulana Alfan Abrahim (15); Muhammad Masyudul Hak (14), asal Surabaya; dan Muhammad Saleh (22), asal Bangka Belitung.
Proses pencarian korban masih terus dilakukan. BNPB mencatat, 59 orang dinyatakan hilang dan diduga masih tertimbun reruntuhan. Bahkan, tujuh santri terdeteksi masih hidup dan sedang diupayakan penyelamatannya.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudi Brahio, menyampaikan bahwa hingga Rabu 1 Oktober 2025, malam, pukul 20.47 WIB, tim berhasil mengevakuasi lima korban, tiga di antaranya selamat dan dua meninggal dunia.
“Singkat sampai dengan saat ini sudah ada lima korban meninggal dunia dan total yang dievakuasi mencapai 18 orang,” ujarnya.
Basarnas menegaskan pencarian akan dilakukan non-stop hingga malam hari dengan menggunakan peralatan khusus agar tidak menimbulkan getaran yang bisa memicu runtuhan tambahan. Hingga siang tadi, total 103 orang selamat dari insiden ini.
Tragedi ini menjadi pengingat penting bahwa keselamatan bangunan pendidikan harus menjadi prioritas utama. Standar konstruksi dan pengawasan teknis yang ketat perlu ditegakkan untuk mencegah peristiwa serupa di masa mendatang.
(Muhammad Fauzan)