Fenomena Pembunuhan Sadis, Mojokerto, Indramayu, hingga Kasus Kacab Bank

11 September 2025 10:14

Jakarta: Tiga kasus kriminal belakangan ini mengguncang publik. Dari mutilasi di Mojokerto, Jawa Timur, pembunuhan satu keluarga di Indramayu, Jawa Barat hingga penculikan kepala cabang bank pemerintah. 

Meski berbeda latar, semuanya punya kesamaan: tindak kekerasan yang dilakukan secara brutal dan terencana. Fenomena ini membuat rasa aman masyarakat kembali dipertanyakan, sekaligus membuka ruang analisis kriminolog tentang meningkatnya kekerasan ekstrem di Tanah Air.


Kasus mutilasi pacar di Mojokerto


Kasus tersebut yang menjadi korban adalah seorang peremuan berinisial AY, sementara pelaku adalah kekasihnya sendiri yang berinisial H.

Pengungkapan kasus ini berawal dari penemuan potongan telapak kaki kiri oleh seorang tukang kebun di kawasan Pacet pada 6 September lalu. Sementara potongan tubuh lainnya ditemukan di lokasi berbeda, termasuk kamar kos pelaku.

Motif pelaku adalah akumulasi kekesalan terhadap tuntutan ekonomi dan perilaku korban yang sering menuntut serta memperlakukan pelaku dengan tidak semestinya.
 
Baca juga: Kriminolog: Waspadai Perilaku Agresif Berujung pada Pembunuhan
 

Pembunuhan 1 keluarga kemudian dikubur di belakang rumah


Lima anggota keluarga ditemukan tewas terkubur dalam satu liang di rumah mereka di Kelurahan Paoman pada Senin, 1 September malam. Korban terdiri atas Sachroni, Budi Awaludin, Euis Juwita, RA (7) dan seorang bayi.

Pelaku berinisial P dan R merupakan kenalan korban Budi. Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Hendra Rochmawan menjelaskan motif pembunuhan ini, dilatarbelakangi rasa sakit hati pelaku R terhadap Budi terkait persoalan sewa mobil.


Kasus pembunuhan kacab bank


Yang terakhir adalah kasus penculikan berujung dengan pembunuhan terhadap Mohamad Ilham Pradipta, 37, yang merupakan kepala cabang sebuah bank pemerintah. Polisi berhasil meringkus sebanyak 15 orang tersangka, yang terdiri dari empat pelaku lapangan yang terlibat penculikan dan pembunuhan.

Sementara empat orang adalah aktor intelektual, dan tujuh innya merupakan pengintai, penghubung dan penyedia logistik. Motif peristiwa tersebut diduga masalah ekonomi dan bisnis.


Ada apa dengan masyarakat kita?


Dari ketiga kasus tersebut, bisa dilihat faktor-faktor yang menjadi pemicu kejahatan para pelaku. Ketiga kasus di atas menunjukkan bahwa ada konflik bisa memicu kekerasan ekstrem.

Implikasi sosial jika konflik ekonomi, dendam, dan rasa dirugikan bisa berakhir dengan kekerasan ekstrem, sehingga pengetahuan pola tersebut penting untuk pencegahan melalui mediasi konflik dan edukasi pencegahan kekerasan.
 
Sumber: Redaksi Metro TV

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Wijokongko)