Kisah Wanita Penjaga Hutan Aceh dari Perubahan Iklim

6 June 2024 21:17

Di hutan lebat di kaki gunung berapi di Aceh, nyanyian Si Amang di pepohonan bercampur dengan tawa tujuh penjaga hutan. Patroli yang dipimpin seorang perempuan ini, berada di garis depan melindungi hutan dan keanekaaragaman hayatinya yang luar biasa dari perubahan iklim

Mereka semua berasal dari Damaran Baru, sebuah desa yang sangat bergantung pada hutan untuk bertahan hidup. Namun desa ini terancam oleh deforestasi. 

Penduduk desa di Damaran Baru sendiri menanam kopi di antara rimbunan semak belukar di lereng gunung. Air yang mengalir dari lereng gunung menyediakan air yang cukup untuk diminum dan dimasak.

Namun deforestasi yang tidak diatur akibat praktik pertanian yang tidak bertanggub jawab telah menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk. 

Pada 2015, hujan lebat memicu banjir bandang di desa tersebut, memaksa ratusan warga mengungsi. Ketika air surut, Sumini pergi ke hutan dan melihat daerah aliran sungai yang dipenuhi pohon, akibat penbangan pohon secara ilegal.

Indonesia memiliki penjaga hutan di taman nasionalnya dan sejumlah kelompok pengawas di tempat lain. Termasuk beberapa kelompok dari masyarakat adat.
 

Baca: Indonesia Melawan Perubahan Iklim

Namun ide Sumini tergolong baru. Pemikiran berikutnya adalah apa yang mendorong terciptanya patroli atau penjaga hutan yang dipimpin oleh seorang perempuan.

Sumini melakukan berbagai lobi dan mendapat penolakan adat, karena dirinya seorang perempuan. Hingga akhirnya, lobinya mendapat persetujuan, termasuk dari para suami yang akhirnya mengizinkan istrinya menjadi penjaga hutan.

Sumini mulai bekerja sama dengan Nature and Environment Aceh Foundation untuk membantu mendaftarkan kelompok patroli hutannya secara resmi dengan izin dari pemerintah. Izin dari pemintah yang memungkinkan masyarakat lokal mengelola hutan mereka.

Pada Januari 2020, kelompok penjaga hutan ini melakukan patroli resmi pertama mereka. Sejak itu, perjalanan mereka melintasi hutan mencakup pemetaan dan pemantauan tutupan pohon, membuat katalog tanaman endemik dan bekerja sama dengan petani untuk menanam kembali pohon.

Ketika mereka melihat seseorang di hutan, mereka mengingatkan orang tersebut akan pentingnya hutan bagi desa mereka dan memberi mereka benih untuk ditanam. 

Sumini mengatakan keterlibatan sosial yang persuasif yang dilakukan perempuan dibandingkan dengan konfrontasi kasar, telah efektif dalam membuat masyarakat mengubah kebiasaan mereka.

Perempuan penjaga hutan di Damaran Baru mengatakan bahwa dampak positif yang mereka rasakan, telah memotivasi melanjutkan pekerjaan mereka untuk generasi mendatang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)