GPIB Zebaoth Bogor telah ditetapkan menjadi cagar budaya oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia pada 2007. Dibangun pada 1920, tempat ibadah ini dikenal sebagai salah satu gereja tertua di Indonesia peninggalan sejarah penjajahan.
Gereja Zebouth terletak berdekatan dengan Istana Kepresidenan dan Kebun Raya Bogor, tepatnya di Jalan Ir. H Juanda, Palendang, Bogor Tengah. Nama Zebouth berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Allah Maha Agung Yang Berkuasa Atas Bumi dan Langit.
Peletakan batu pertama di gereja dengan arsitektur bangunan Belanda dilakukan oleh Gubernur Jenderal ke-61 J.P. Graaf Van Limburg Stirum dengan nama Koningin Wilhelmina Kerk. Pada Januari lalu, gereja ini telah berusia 105 tahun dan digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Kristiani.
Sebagai
cagar budaya bersejarah, bangunan yang menjadi simbol dari sejarah kerukunan dan toleransi umat beragama di Kota Bogor ini sedang dalam proses konservasi tahap pertama. Konservasi bertujuan untuk melindungi dan melestarikan bangunan bersejarah agar dapat menjadi pembelajaran sejarah bagi generasi muda.
"Makna cagar budaya adalah perlindungan, peninggalan-peninggalan sejarah dan salah satunya gedung ini. (Konservasi) sangat penting sekali supaya generasi-generasi berikutnya dapat belajar bahwa sudah ada sesuatu yang menjadi karya dari anak bangsa maupun siapapun di kota ini, itu yang perlu diingat," kata Ketua 1 PHMJ GPIB Zebaoth Penatua Joe Hariono, dikutip dari tayangan
Newsline,
Metro TV, Sabtu, 19 April 2015.
GPIB Zebaoth masih digunakan sebagai tempat ibadah oleh jemaat GPIB bagi lebih dari 1.600 kepala keluarga. Pada ibadah Jumat Agung di GPIB Zebaoth, jemaat diajak untuk menghayati dan memaknai wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Terlebih untuk merenungkan kasih dan harapan yang telah diberikan Yesus bagi umatnya.
"Ketaatan, kesabaran, dan kesetiaan Kristus untuk tetap mau melakukan yang terbaik bagi menyelamatkan dunia ini, maka ketaatan, kesetiaan, dan kesabaran kita dalam melewati berbagai situasi yang sedang kita hadapi, khususnya di tengah-tengah konteks masyarakat Indonesia, maka solidaritas itu dibangun dalam kolaborasi dengan semua pihak yang ada," ungkap Ketua Majelis Jemaat GPIB Zebaoth, Margie Ivonne Ririhena.