Netralitas Jokowi di Ujung Tanduk

1 February 2024 09:03

Momen kala Presiden Joko Widodo menyatakan presiden boleh kampanye dan memihak di pemilu membuat genderang perang melawan tirani terdengar makin kencang. Publik berharap Jokowi berhenti menggunakan pengaruhnya yang diduga dimanfaatkan untuk kampanye terselubung demi memenangkan anaknya di Pemilu 2024. 

Hampir satu dekade silam, sosok Joko Widodo yang berwajah ndeso dan terkesan dekat dengan rakyat menjadi antitesa oligarki. 

Presiden Joko Widodo selama sekitar dua pekan belakangan berkeliling ke beberapa kota di Jawa Tengah yang sempat dituding bagian dari kampanye terselubung di kandang banteng. Seperti biasa, iring-iringan mobil presiden disambut warga di sepanjang jalan. 

Namun sambutan warga tampaknya tidak seperti yang diharapkan. Banyak warga menyerukan paslon yang tidak sama dengan pilihan Jokowi. Bahkan Ibu Negara Iriana terlihat tidak tahan dengan sikap kontradiksi warga yang menyambutnya dengan mengeluarkan pose dua jari lambang paslon Prabowo-Gibran dari dalam mobil kepresidenan.

Padahal sebelumnya Jokowi menegaskan netralitas pejabat negara. Inilah yang menegaskan anekdot Jokowi presiden kebalikan. 

Presiden Jokowi dan pilihan politiknya dinilai menuai perlawanan politik dari rakyatnya. Seperti ketika Presiden Jokowi mengunjungi Gunungkidul di mana seseorang membentangkan spanduk capres Ganjar Pranowo tepat di depan mobil kepresidenan. Aparat berpakaian sipil langsung membekuknya dan merampas spanduk bergambar paslon Ganjar. 

Warga Gunungkidul itu dibebaskan oleh seorang Ketua DPRD Gunungkidul yang juga Ketua DPC PDIP Gunungkidul dan menuding ada pemukulan oleh Paspampres. Namun pihak Paspampres membantahnya. 

Penolakan masyarakat terhadap preferensi politik Jokowi bisa jadi merupakan bentuk perlawanan rakyat atas keberpihakan sang pemimpinnya terhadap paslon tertentu yang juga sang putra sulung.

Jokowi di awal kepemimpinannya seolah memberikan harapan. Bahkan wajahnya menghiasi sampul majalah Time edisi 27 Oktober 2014 dengan tajuk 'Sebuah Harapan Baru'. Namun, sosok mantan Wali Kota Solo ini seakan berubah menjadi ancaman bagi demokrasi yang Jokowi gembar-gemborkan dahulu.

Jokowi dituding merusak demokrasi tatkala anaknya, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres dengan proses di Mahkamah Konstitusi dengan bantuan sang paman. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)