Bukittinggi: Bank Indonesia (BI) berupaya kuat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Saat ini rupiah diklaim sudah relatif stabil setelah bank sentral mengeluarkan sejumlah kebijakan.
"Nilai tukar rupiah relatif tetap stabil. Meskipun sempat terjadi outflow dari investor nonresiden, stabilitas ini tidak lepas dari komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah," ujar Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya di Bukittinggi, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia mengungkapkan, BI melakukan sejumlah kebijakan, antara lain intervensi di pasar valuta asing. Juli menjelaskan, BI juga melakukan penjualan valas di pasar spot maupun forward apabila diperlukan untuk meredam volatilitas nilai tukar.
"Intervensi dilakukan baik di dalam negeri melalui Domestic Non-Deliverable Forward (
DNDF) maupun di luar negeri melalui Non-Deliverable Forward (NDF). Kombinasi kebijakan ini terus ditempuh untuk menjaga stabilitas nilai tukar," kata Juli.
Dampak kebijakan DHE SDA
Peningkatan konversi valas ke rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) juga mendukung tetap terkendalinya nilai tukar rupiah. Hal ini menambah supply
valuta asing (valas).
"Dukungan terhadap rupiah juga datang dari korporasi, terutama eksportir, yang melakukan penjualan atau konversi devisa hasil ekspor ke dalam rupiah. Hal ini turut menambah pasokan valas di pasar domestik," ungkap dia.
Ke depan, BI memperkirakan, nilai tukar rupiah tetap stabil didukung komitmen bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
"Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi di tengah tingginya ketidakpastian global, termasuk melalui intervensi terukur di pasar spot, offshore NDF dan domestik NDF, serta pembelian SBN di pasar sekunder," ujar dia.