Jakarta: Kepala Ekonom Bank Pemata Josua Pardede, menilai pemangkasan Bank Indonesia (BI) rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen, menujukkan kebijakan BI yang pro growth. Namun, kebijakan tersebut tak langsung mendorong penyaluran kredit lantaran masih perlu adanya stimulus fiskal.
"Kebijakan fiskal sepertinya yang harus bekerja lebih keras lagi. Karena moneter saya pikir sudah totalitas ya. Fokus BI saat ini sudah mendukung pertumbuhan ekonomi, sehingga kita tidak bisa lagi mengharapkan terendahnya suku bunga ini. Apakah hal ini bisa mendorong permintaan kredit, ini memang belum tentu," ujar Josua, dikutip dari Newsline Bisnis, Metro TV, Kamis, 18 September 2025.
Sebagai informasi, BI kembali menurunkan suku bunga acuan atau
BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Ini merupakan penurunan yang keenam kalinya sejak September 2024, dari sebelumnya 6,25 persen.
Gubernur BI
Perry Warjiyo mengatakan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 September 2025 juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.
"Keputusan ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 17 September 2025.
Ke depan, Perry menyebut, BI akan terus mencermati prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Sejalan dengan itu, ia mengungkapkan, ekspansi likuiditas moneter dan kebijakan makroprudensial longgar terus diperkuat untuk menurunkan suku bunga, meningkatkan likuiditas, dan mendorong kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
"Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan penguatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran," ujar dia.
(Alfiah Ziha Rahmatul Laili)